Friday, June 23, 2017

JANGAN TAMAK (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Juni 2017

Baca:  Lukas 12:13-21

"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."  Lukas 12:15

Kekayaan adalah sesuatu yang penting bagi kelangsungan hidup manusia.  Dengan kekayaan orang dapat memenuhi keinginannya.  Secara manusiawi ini wajar dan bukanlah dosa karena Alkitab tidak pernah melarang umat-Nya memiliki kekayaan yang berlimpah  (menjadi kaya).  Tuhan Yesus berkata,  "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10b).

     Namun harus diperhatikan bagaimana proses memperoleh kekayaan atau menjadi orang kaya, karena paradigma orang terhadap kekayaan akan menentukan sikapnya terhadap kekayaan itu sendiri.  Paradigma yang benar akan menciptakan suatu kesadaran diri untuk mewaspadai bahaya atau ancaman dari kekayaan tersebut.  Setidaknya ada tiga bahaya yang patut diwaspadai berkenaan dengan kekayaan:  1.  Kekayaan tidak pernah memberikan rasa cukup.  "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya?"  (Pengkhotbah 5:9-10).

     Rasul Paulus mengajarkan kepada kita agar senantiasa memiliki rasa cukup.  "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah."  (1 Timotius 6:6-8).  Rasa cukup diterjemahkan dari kata Yunani  (autarkeias)  yang berarti kepuasan batiniah yang membuat seseorang menjadi sejahtera dengan apa yang dimilikinya.  Rasul Paulus berkata,  "...sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan."  (Filipi 4:11).  Yesus juga mengajarkan konsep rasa cukup ini dalam Doa Bapa Kami  (baca  Matius 6:11).  Jadi sesungguhnya rasa cukup itu tidak bergantung pada seberapa banyak kekayaan materi yang dimiliki, melainkan berasal dari sikap hati orang terhadap kekayaan yang ada padanya.  Ada banyak orang yang memiliki kekayaan melimpah tapi tak pernah merasa cukup.  (Bersambung)

No comments:

Post a Comment