Sunday, May 14, 2017

KUAT BERDIRI DI ATAS BADAI HIDUP (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Mei 2017

Baca:  Kisah Para Rasul 27:14-44

"Tetapi tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang disebut angin 'Timur Laut'. Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan."  Kisah 27:14-15a

Dikisahkan terdapat 276 jiwa berada dalam satu kapal yang sedang mengalami pencobaan yang sangat berat saat menempuh perjalanan menuju Roma.  Kapal tersebut terkena angin sakal sehingga terombang-ambing di tengah lautan.  Lebih mengerikan lagi, saat kejadian berlangsung langit dalam keadaan gelap gulita sampai-sampai mereka tidak melihat matahari selama hampir 14 hari.  Begitu dahsyatnya angin sakal dan gelombang laut yang menghantam kapal, orang-orang menjadi tawar hati dan hilang pengharapan.  "Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami."  (ayat 20).  Alkitab menyatakan,  "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu."  (Amsal 24:10).

     Ketika orang-orang sudah sangat pesimistis dan merasa sudah tidak memiliki harapan untuk selamat, rasul Paulus  -yang kebetulan menjadi salah satu penumpang di kapal itu-, memiliki sikap hati yang berbeda.  Di tengah kepanikan yang hebat rasul Paulus mampu menguatkan orang banyak itu:  "Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini."  (Kisah 27:22).  Dengan penuh iman ia berkata,  "Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya."  (Kisah 27:34b).  Kemudian untuk mengantisipasi supaya kapal tidak kandas di salah satu batu karang mereka pun sepakat membuang sauh, bahkan empat sauh sekaligus  (Kisah 27:29).  Sauh/jangkar adalah alat berkait dan berat, dibuat dari besi, yang dilabuhkan dari kapal ke dasar laut supaya kapal dapat berhenti dan tidak terbawa oleh arus.  Dengan sauh sebuah kapal akan tetap kokoh menghadapi hantaman ombak!

     Hati kita ibarat kapal yang sedang mengarungi lautan kehidupan sedangkan  'sauh'  berbicara tentang pengharapan.  Hati kita akan tetap kuat di tengah badai atau hantaman ombak sebesar apa pun, apabila kita memiliki pengharapan.  Pertanyaannya:  ke arah manakah sauh atau pengharapan itu akan kita labuhkan?  (Berlanjut)

1 comment:

  1. Terima kasih atas renungannya, Tuhan Yesus memberkati
    sebagian kalimatnya saya pinjam untuk kebutuhan pelayanan.

    ReplyDelete