Sunday, April 30, 2017

KETAATAN SELALU MENDATANGKAN BERKAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 April 2017

Baca:  Kejadian 26:1-35

"Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN."  Kejadian 26:12

Berbicara tentang ketaatan adalah hal yang mudah, tapi untuk melakukan ketaatan adalah perkara yang sulit, apalagi taat ketika berada di situasi yang sulit atau tidak mendukung.  Sesungguhnya setiap ketaatan selalu mendatangkan berkat, sebab Tuhan membalas setiap orang sesuai dengan perbuatannya.  "Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit."  (Mazmur 18:26-27).

     Ishak adalah salah satu contoh tokoh yang mengalami berkat Tuhan secara luar biasa karena taat melakukan apa yang Tuhan perintahkan meski dalam situasi yang tidak mendukung sekalipun.  Ketika terjadi kelaparan hebat Tuhan melarang Ishak untuk pergi ke Mesir, melainkan tinggal di Gerar, suatu tempat di Filistin,  "Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu."  (Kejadian 26:3).  Perintah Tuhan seringkali tidak masuk akal, karena itu banyak orang tidak mau taat;  padahal Tuhan punya rencana yang indah bagi setiap orang yang mau taat kepada-Nya!  "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."  (Yesaya 55:8-9).

     Bukan perkara mudah untuk tinggal sebagai orang asing, namun Ishak memilih taat kepada kehendak Tuhan.  Ia datang menghadap Abimalekh, raja orang Filistin di Gerar dan minta izin untuk tinggal di sana.  Alkitab mencatat bahwa ayah Ishak  (Abraham)  juga pernah tinggal di Gerar dan menggali sejumlah sumur di sana, tapi sudah ditutup oleh orang-orang Filistin;  dan ketika berada di Gerar Ishak pun menggali kembali sumur-sumur yang telah ditutup itu dan menamainya menurut nama-nama yang telah diberikan oleh Abraham:  Esek, Sitna, Rehobot dan Syeba.

Inilah berkat bagi orang yang taat kepada Tuhan:  Ishak  "...menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya."  (Kejadian 26:13).

Saturday, April 29, 2017

MANUSIA BARU: Putus Hubungan Dengan Dunia

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 April 2017

Baca:  Galatia 6:11-18

"Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia."  Galatia 6:14

Berkali-kali kita diingatkan bahwa sebagai pengikut Kristus kita  "...wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6), artinya kita harus mengikuti jejak-Nya dan menjadi penurut-penurut Allah  (baca  Efesus 5:1).  Sebagaimana Kristus rela mengorbankan segala sesuatu mati tersalib untuk menebus dosa-dosa kita, maka kita pun harus rela meyalibkan manusia lama  (kedagingan)  kita,  "...supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa."  (Roma 6:6).

     Kita harus menyalibkan kedagingan kita, karena  "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).  Inilah yang dimaksudkan oleh rasul Paulus bahwa  'dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia'  (ayat nas).  Disalibkan bagi dunia berarti kita mematikan segala keinginan yang tidak sesuai dengan keinginan Roh Kudus sebagaimana yang Paulus nasihatkan,  "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,"  (Kolose 3:5).  Mengapa kita harus mematikan semua hal yang sifatnya duniawi?  "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia."  (1 Yohanes 2:16).  Demikian seharusnya setiap orang percaya benar-benar meninggalkan segala kesenangan dunia dan tidak menjadikan dunia sebagai comfort zone-nya.  Semakin kita merasa nyaman dengan perkara-perkara  dunia semakin kita terikat dengan dunia dan semakin sulit kita melepaskan diri.  Tuhan Yesus telah memperingatkan,  "Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku."  (Lukas 14:33).

     Ketika percaya kepada Tuhan Yesus kita diangkat sebagai umat pilihan-Nya dan menyandang status  'bukan dari dunia ini', seperti Kristus yang juga bukan berasal dari dunia ini  (baca  Yohanes 15:19), oleh sebab itu  "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan,"  (2 Korintus 6:17).

Selama masih enggan meninggalkan  'dunia', kita tidak layak disebut murid Kristus!

Friday, April 28, 2017

BAYARLAH NAZARMU, JANGAN DITUNDA!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 April 2017

Baca:  Pengkhotbah 5:1-6

"Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu."  Pengkhotbah 5:3

Ketika perjalanan hidup terasa begitu mulus tanpa aral melintang kita mudah sekali melupakan Tuhan, doa dan ibadah kita anggap sepele, tidak terlalu penting dan tak berpengaruh.  Namun begitu badai persoalan datang mendera yang membuat terjepit, barulah kita menjerit, meratap dan berseru-seru kepada Tuhan, memohon belas kasihan-Nya.  Kemudian kita pun bernazar kepada Tuhan.  "Kalau sakitku sudah sembuh aku mau melayani Tuhan dengan sungguh;  kalau ekonomi keluargaku dipulihkan aku akan memberikan persembahan untuk mendukung pekerjaan Tuhan."  Dan sebagainya.

     Kata nazar yang tertulis di Alkitab berkaitan dengan janji seseorang kepada Tuhan untuk melakukan suatu tindakan, atau janji untuk menjauhkan diri dari sebuah tindakan.  Karena nazar merupakan sebuah janji atau komitmen kepada Tuhan maka kita tidak boleh main-main, kita harus bersungguh-sungguh untuk menepatinya.  Berpikirlah masak-masak sebelum kita bernazar!  Bernazar atau tidak bernazar itu bukanlah dosa, yang berdosa adalah ketika kita bernazar tetapi kita tidak memenuhinya!  "Apabila engkau bernazar kepada TUHAN, Allahmu, janganlah engkau menunda-nunda memenuhinya, sebab tentulah TUHAN, Allahmu, akan menuntutnya dari padamu, sehingga hal itu menjadi dosa bagimu. Tetapi apabila engkau tidak bernazar, maka hal itu bukan menjadi dosa bagimu."  (Ulangan 23:21-22).  Ketika berada di perut ikan Yunus mengarahkan imannya kepada Tuhan.  "Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus."  (Yunus 2:7).  Jalan terbaik ketika dalam lembah kekelaman adalah mengetuk pintu hati-Nya dengan seruan yang keluar dari dalam jiwa yang sudah letih lesu.

     Yunus seharusnya sudah mati dalam perut ikan, namun Tuhan sanggup mengeluarkan dia hidup-hidup.  Yunus pun bersyukur kepada Tuhan dan berkata,  "...apa yang kunazarkan akan kubayar."  (Yunus 2:9).  Pergilah Yunus ke Niniwe menyerukan pertobatan sesuai yang diperintahkan Tuhan kepadanya!  (baca  Yunus 3:3).

"Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kulaksanakan, dan korban syukur akan kubayar kepada-Mu."  Mazmur 56:13

Thursday, April 27, 2017

DIBALIK TANTANGAN BESAR: Ada Berkat Besar (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 April 2017

Baca:  Keluaran 15:22-27

"Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka,"  Keluaran 15:25

Ketika menghadapi tantangan air pahit di Mara orang-orang Israel langsung bereaksi secara negatif,  "...bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: 'Apakah yang akan kami minum?'"  (ayat 24).  Pahit adalah rasa yang tidak enak seperti empedu, yaitu gambaran tentang penderitaan, kesulitan atau kesusahan.  Ketika dihadapkan pada hal-hal pahit kebanyakan orang akan bersungut-sungut, mengomel dan berkeluh kesah.  Perhatikan reaksi Musa... Musa tidak terpengaruh oleh sungut-sungut umat Israel dan tidak menyerah pada keadaan yang ada, tapi ia membuat keputusan yang tepat yaitu berseru-seru kepada Tuhan.  Ada tertulis:  "Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui."  (Yeremia 33:3).

     Tuhan menggenapi janji firman-Nya kepada setiap orang yang sungguh-sungguh berseru kepada-Nya, Ia memberikan jalan keluar yaitu menunjukkan sepotong kayu.  "Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis."  (ayat nas).  Mujizat terjadi!  Air pahit itu menjadi manis sehingga orang-orang Israel dapat meminumnya.  Manis adalah sesuatu yang berasa seperti gula, madu, menyenangkan dan indah.  Kayu yang dipakai Musa untuk mengubah air yang pahit menjadi manis melambangkan tentang salib Kristus, yang sekitar lebih 2000 tahun lampau tegak berdiri di Golgota.  Salib Kristus adalah solusi untuk semua permasalahan yang dihadapi oleh manusia, termasuk masalah terbesarnya yaitu dosa!

     Sesungguhnya Tuhan tahu persis kalau air di Mara itu pahit rasanya, tetapi Ia hendak menguji iman dan respons mereka ketika menghadapi tantangan:  apakah mereka tetap percaya kepada Tuhan dan mengandalkan-Nya, sebab di balik tantangan yang besar ada berkat besar pula yang telah Tuhan sediakan:  "Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma,"  (Keluaran 15:27).

Selalu ada rencana Tuhan yang indah di balik tantangan besar yang kita hadapi!

Wednesday, April 26, 2017

DI BALIK TANTANGAN BESAR: Ada Berkat Besar (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 April 2017

Baca:  Keluaran 15:1-21

"Kereta Firaun dan pasukannya dibuang-Nya ke dalam laut; para perwiranya yang pilihan dibenamkan ke dalam Laut Teberau."  Keluaran 15:4

Perjalanan hidup bangsa Israel menuju ke tanah Perjanjian adalah gambaran perjalanan hidup orang percaya yang tak lepas dari tantangan demi tantangan yang harus dilewati untuk melihat dan mengalami penggenapan janji-janji Tuhan.  Salah satu tantangan besar yang dihadapi Bangsa Israel adalah tatkala mereka dikejar pasukan Firaun dan di hadapan mereka terbentang laut Teberau.  Secara mata jasmaniah mereka menghadapi jalan buntu dan mengalami ketakutan hebat, tapi tatkala Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, terjadilah mujizat:  air laut itu terbelah.  Umat Israel pun dapat berjalan di tengah-tengah laut yang kering, dan setelah selesai menyeberanginya Musa kembali mengulurkan tangannya ke atas laut itu, maka berbaliklah segera air laut itu,  "...menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka."  (Keluaran 14:28).

     Tantangan besar telah terlewati dengan kemenangan besar pula sehingga umat Israel pun bersukacita:  "TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia. TUHAN itu pahlawan perang; TUHAN, itulah nama-Nya."  (Keluaran 15:2-3).  Berakhirkah tantangan yang harus dihadapi bangsa Israel?  Tidak.  Tuhan tidak pernah berjanji bahwa langit itu selalu biru.  Terkadang ada badai, angin dan hujan, tapi Dia berjanji bahwa di tengah badai sekalipun Ia ada bagi kita, tangan-Nya selalu menuntun, menopang dan menolong sehingga kita mampu melewati badai itu;  di balik hujan ada pelangi yang indah.  Benarlah, umat Israel kembali dihadapkan pada tantangan dan masalah baru yaitu ketika menempuh perjalanan di padang gurun Syur tiga hari lamanya, di mana mereka tidak mendapati air;  dan dalam keadaan lelah dan haus  "Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya."  (Keluaran 15:23).

     Memang hidup ini penuh dengan misteri, sesuatu bisa saja terjadi tanpa bisa kita duga dan kira!  "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya,"  (Ulangan 29:29).  Apa yang bisa dibanggakan dari diri yang terbatas ini?  (Bersambung)

Tuesday, April 25, 2017

ORANG BENAR BERMASA DEPAN CERAH (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 April 2017

Baca:  Amsal 23:9-18

"...tetapi takutlah akan TUHAN senantiasa.  Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang."  Amsal 23:17-18

Sebagai anak-anak Tuhan, kita tidak perlu risau dan kuatir memikirkan masa depan kita karena ada janji Tuhan kepada umat-Nya, yaitu kepastian akan masa depan yang cerah seperti tertulis:  "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11).  Pernyataan sungguh ada dan tidak hilang di ayat nas di atas adalah sebagai penegasan bahwa masa depan itu adalah sesuatu yang pasti, bukan pernyataan meninabobokan, sekedar hiburan atau basa basi.

     Untuk menjadikan masa depan cerah sebagai milik yang pasti kita harus memperhatikan bagaimana hidup kita di masa sekarang ini, bukan terpaku atau berorientasi pada masa lalu.  Jadikan masa lalu hanya sebagai pembelajaran, bahan evaluasi, atau guru yang terbaik, ambil yang positifnya saja.  Kita patut meneladani rasul Paulus yang berkata,  "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."  (Filipi 3:13-14).  Dengan kata lain apa yang kita lakukan di masa sekarang inilah yang menentukan akan seperti apa masa depan kita nanti.  Janji masa depan yang cerah adalah pasti bagi orang yang takut akan Tuhan atau hidup dalam kesalehan.  Hidup takut akan Tuhan menunjuk kepada rasa hormat kepada Tuhan.  Wujud rasa hormat itu adalah melalui ketaatan kita melakukan firman Tuhan.  "TUHAN mengetahui hari-hari orang yang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya; TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;"  (Mazmur 37:18, 23).

     Karena itu jangan hanya bermimpi tentang masa depan cerah, tapi kita harus mengupayakannya!  Kita harus percaya dan mengimani bahwa masa depan itu sungguh ada, dan kita pun harus merealisasikan masa depan itu menjadi kenyataan.  Kita harus ingat bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati!  (baca  Yakobus 2:17).

Takut akan Tuhan adalah kunci utama meraih masa depan cerah!

Monday, April 24, 2017

ORANG BENAR BERMASA DEPAN CERAH (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 April 2017

Baca:  Yeremia 29:1-14

"Sungguh, beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Janganlah kamu diperdayakan oleh nabi-nabimu yang ada di tengah-tengahmu dan oleh juru-juru tenungmu, dan janganlah kamu dengarkan mimpi-mimpi yang mereka mimpikan!"  Yeremia 29:8

Punya masa depan yang cerah adalah harapan semua orang.  Banyak orang merasa penasaran dan berusaha untuk mencari tahu bagaimana dan akan seperti apa masa depannya.  Berbagai cara pun mereka lakukan:  ada yang pergi ke toko buku mencari buku-buku yang mengupas tentang kiat-kiat meraih masa depan, ada yang nekat pergi ke dukun-dukun atau peramal, ada yang percaya pada tanda-tanda di tubuh seperti garis tangan atau tahi lalat, dan ada juga yang percaya pada ramalan bintang dan shio.  Situasi yang demikian menjadi kesempatan emas bagi para nabi palsu, tukang-tukang tenung, dukun dan juru ramal untuk melancarkan aksinya.  Berdasarkan pengalaman yang ada, ramalan tetaplah ramalan, tidak ada kebenarannya,  "Sebab mereka bernubuat palsu kepadamu demi nama-Ku. Aku tidak mengutus mereka, demikianlah firman TUHAN."  (ayat 9).

     Secara garis besar perjalanan hidup setiap orang melewati 3 fase waktu, yaitu masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang  (masa depan).  Setiap orang tentunya memiliki masa lalu yang berbeda-beda:  manis, indah, suka, duka, pahit, getir, kelam, dihiasi keberhasilan atau mungkin penuh dengan kegagalan.  Tak bisa dipungkiri bahwa masa lalu seseorang dapat mempengaruhi kehidupannya di masa sekarang, namun kehidupannya di masa depan sesungguhnya tidak ditentukan oleh masa lalu, tapi sangat ditentukan oleh kehidupannya di masa sekarang.  Ada orang yang punya masa lalu sangat buruk  (kelam), namun ketika ia membuat keputusan untuk hidup berubah, mengikuti jalan Tuhan dan senantiasa mengandalkan-Nya, hidupnya pun dipulihkan dan beroleh masa depan yang baik.  Namun sebaliknya, ada orang-orang yang punya masa lalu yang begitu baik, tapi begitu ia mulai hidup sembrono, tidak takut akan Tuhan, hidup menyimpang dari kebenaran firman-Nya, perlahan tapi pasti grafik kehidupannya bukan semakin naik tapi malah semakin merosot dan akhirnya menuju kepada kehancuran.

     Jangan pernah membangga-banggakan masa lalu, yang terpenting adalah bagaimana kita menjalani hidup di masa sekarang!  (Bersambung)

Sunday, April 23, 2017

KERAJAAN SORGA: Harta Yang Tak Ternilai (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 April 2017

Baca:  Amsal 2:1-22

"jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah."  Amsal 2:4-5

Untuk memperoleh harta kekayaan yang sifatnya fana kita rela bekerja membanting tulang siang dan malam.  Demikian juga seharusnya kita lakukan untuk memperoleh  'harta rohani'  yang jauh lebih bernilai dan berharga daripada harta yang ada di dunia ini.  Karena itu  "Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!"  (1 Tawarikh 16:11).  Selagi kita masih sehat dan keadaan baik-baik jangan pernah sia-siakan waktu dan kesempatan yang ada.  Sebagaimana kedisiplinan dibutuhkan dalam menunjang keberhasilan untuk mendapatkan hal-hal duniawi, maka kedisiplinan juga berlaku untuk perkara-perkara rohani.

     Perlambang  'Kerajaan Sorga dan kebenarannya seperti harta yang terpendam'  bermakna bahwa tidak semua orang menyadari akan keberadaan Kerajaan Sorga tersebut.  Hanya orang yang mau berusaha, mau menggali atau mau mencari tahulah yang menyadari keberadannya.  Orang ini digambarkan akan menjual segala miliknya, yaitu harta benda duniawinya yang dianggapnya tidak lagi berharga atau tidak sepadan nilainya bila dibanding dengan  'harta rohani'  yang baru ditemukannya.  Orang-orang yang berjerih lelah mencari perkara-perkara rohani atau mengutamakan Kerajaan Allah dan kebenarannya akan mendapatkan berkat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak sungguh-sungguh atau lalai melakukannya, sebab  "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan,"  (Amsal 14:23).  Karena itu bangunlah kedisiplinan untuk mencari Tuhan dan membangun persekutuan dengan-Nya,  "Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."  (1 Korintus 15:58b).

     Harta rohani yang terpendam juga harus dicari dengan penuh ketekunan karena tidak ada istilah  'instan'  di dalam Tuhan!  Banyak orang awalnya begitu bersemangat mengejar  'harta rohani'  tapi lama-kelamaan semangatnya menjadi pudar dan akhirnya tidak lagi bersungguh-sungguh.  Itu artinya mereka tidak bertekun!

"Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita."  2 Timotius 1:14

Saturday, April 22, 2017

KERAJAAN SORGA: Harta Yang Tak Ternilai (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 April 2017

Baca:  Matius 13:44-46

"Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."  Matius 13:46

Semua orang pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai dalam hidupnya:  ada yang ingin menjadi kaya atau hidup berkecukupan, berhasil dalam studi, bisnis lancar, atau menempati jabatan atau posisi penting di sebuah instansi, dan masih banyak lagi.  Untuk mencapai tujuan itu orang berjuang dan berusaha sedemikian rupa karena tahu bahwa hasil yang akan diperoleh ditentukan oleh usaha dan kerja keras yang dilakukan.  Semakin giat orang berusaha semakin dekat kepada tujuan!

     Sibuk mengejar perkara-perkara jasmani atau duniawi adalah sah-sah saja asalkan kita tidak melupakan perkara-perkara rohani yang tentunya jauh lebih berharga dan mulia.  Karena itu harus ada keseimbangan di antara keduanya!  Jangan sampai kita hanya bersemangat untuk mencari harta kekayaan duniawi yang hanya berlaku untuk kelangsungan hidup di dunia yang sifatnya sementara saja, sedangkan upaya untuk mencari harta terpendam  (perkara rohani)  kita tak punya gairah untuk melakukannya.  Firman Tuhan sudah memperingatkan,  "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33).  Kerajaan Allah dan kebenarannya merupakan harta yang tak ternilai harganya yang patut diingini melebihi segala sesuatu yang ada di dunia ini.  Kerajaan Allah dan kebenarannya hanya dapat kita peroleh jika kita mau membayar harga yaitu mengorbankan segala sesuatu yang dapat menghalangi kita untuk memilikinya, sepertinya dalam perumpamaan ini:  "Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu."  (Matius 13:44b).  Kata menjual seluruh miliknya berarti mengalihkan perhatian dengan segenap hati dari segala perkara yang lain, fokus dan memusatkan seluruh hidup kepada  "...perkara yang di atas, di mana Kristus ada,"  (Kolose 3:1).

     Apa yang menjadi fokus hidup Saudara saat ini?  Harta yang terpendam atau mutiara yang berharga atau hal Kerajaan Allah dan kebenarannya adalah berbicara tentang takut akan Tuhan dan hikmat dari Tuhan untuk mengenal Dia lebih lagi.

"Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga."  Efesus 1:3

Friday, April 21, 2017

KELEDAI: Lambang Kerendahan Hati

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 April 2017

Baca:  Matius 21:1-11

"Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: 'Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!'"  Matius 21:9

Keledai memiliki nama latin Equus africanus asinus dan termasuk keluarga Equidae atau kuda, tubuhnya lebih kecil, serta bertelinga agak panjang.  Meski kecil keledai memiliki tenaga yang cukup kuat dengan pergerakan kaki yang cukup lincah, tapi berperangai agak bengal.  Hal ini mungkin disebabkan oleh instingnya untuk melindungi diri yang sangat kuat;  namun begitu manusia sudah berhasil menaklukkannya maka si keledai akan gampang menurut.  Ukuran tubuh keledai sangat bervariasi tergantung jenisnya, dengan tinggi berkisar antara 79 cm hingga 160 cm.  Usia harapan hidup keledai pekerja di negara berkembang sekitar 12 hingga 15 tahun, namun keledai yang hidup di negara maju dapat hidup hingga usia 30 bahkan 50 tahun.

     Penggunaan keledai sebagai hewan tunggangan atau pengangkut beban sudah lazim di kalangan bangsa Israel, di mana para penggembara miskinlah yang lebih lazim menunggang keledai.  Karena itu keledai terkesan sebagai sarana angkutan bagi rakyat kalangan bawah.  Namun nabi Zakharia telah menubuatkan bahwa kedatangan Sang Mesias justru dengan mengendarai seekor keledai:  "Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda."  (Zakharia 9:9).  Ini sangat kontras sekali dengan pemimpin-pemimpin atau raja-raja dunia yang kebanyakan menunggang kuda perang sehingga menimbulkan kesan mewah, megah, gagah dan berkuasa.  Tatkala memasuki kota Yerusalem Tuhan Yesus justru datang dengan mengendarai seekor keledai betina yang muda, jauh dari kesan megah dan mewah.  Ini semakin menegaskan tentang prinsip kerendahan hati dan wujud kepedulian Kristus terhadap umat kalangan bawah.

     Yesus Kristus rela meninggalkan kemuliaan sorgawi untuk datang ke dunia dengan satu misi yaitu membawa damai dan menyelamatkan orang-orang berdosa.

"...belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan."  Matius 11:29

Thursday, April 20, 2017

KEFASIKAN MENDATANGKAN HUKUMAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 April 2017

Baca:  Roma 2:1-16

"Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya,...murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman."  Roma 2:6, 8

Tuhan tidak pernah menutup mata untuk setiap perbuatan manusia, tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya,  "...sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."  (Ibrani 4:13).  Orang-orang fasik mungkin bisa tertawa lebar, tapi tidak akan berlangsung lama.  "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya,"  (Galatia 6:7-8a).  Sesungguhnya sudah disediakan hukuman bagi orang fasik atau mereka yang berlaku jahat.

     Menurut penglihatan mata jasmani, orang-orang fasik mungkin berkelimpahan materi, dan semua yang dikerjakannya tampak berjalan lancar tanpa aral.  Bukan hanya Asaf menghadapi pergumulan ini, nabi Yeremia pun sempat mengalaminya:  "Engkau memang benar, ya TUHAN, bilamana aku berbantah dengan Engkau! Tetapi aku mau berbicara dengan Engkau tentang keadilan: Mengapakah mujur hidup orang-orang fasik, sentosa semua orang yang berlaku tidak setia? Engkau membuat mereka tumbuh, dan merekapun juga berakar, mereka tumbuh subur dan menghasilkan buah juga. Memang selalu Engkau di mulut mereka, tetapi jauh dari hati mereka."  (Yeremia 12:1-2).

     Mengapa seolah-olah Tuhan bermurah hati kepada orang fasik?  "Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?"  (Roma 2:4b).  Kemurahan hati Tuhan itu bertujuan memberi kesempatan kepada mereka agar berbalik dari jalan-jalannya yang jahat.  Namun banyak orang fasik yang tidak menyadari akan perbuatannya, bahkan kejahatan mereka semakin menjadi-jadi, padahal  "...oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan."  (Roma 2:5).

"Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang pada-Mu."  Mazmur 5:5

Wednesday, April 19, 2017

KEMUJURAN ORANG FASIK HANYA SESAAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 April 2017

Baca:  Mazmur 73:1-28

"Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan meninggalkan Engkau."  Mazmur 73:27

Asaf adalah keturunan dari suku Lewi yang bertugas sebagai pelayan pujian di hadapan tabut Tuhan dan kepala paduan suara pada zaman raja Daud  (baca  1 Tawarikh 16:4-5).  Mazmur 73 ini berisikan tentang pergumulan hidup yang dialami oleh Asaf ketika melihat keberadaan orang-orang fasik yang secara kasat mata tampak lebih mujur hidupnya dibandingkan dengan mereka yang hidup takut akan Tuhan.  "Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain...mereka menambah harta benda dan senang selamanya!"  (ayat 4, 5, 12).  Ini menimbulkan kegundahan dalam diri Asaf sehingga ia sempat complain kepada Tuhan mempertanyakan keadilan-Nya.  "Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi."  (ayat 13-14).  Kesalehan hidup itu sepertinya sia-sia dan tak berguna.  Benarkah?

     Ketahuilah bahwa kemujuran orang fasik itu tidak untuk selama-lamanya, hanya sesaat selama hidup di dunia, alias semu.  "Karena sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik; jika engkau memperhatikan tempatnya, maka ia sudah tidak ada lagi."  (Mazmur 37:10).  Karena itu Daud mengingatkan,  "Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau."  (Mazmur 37:1-2).  Sesulit apa pun situasinya biarlah kita tetap mengerjakan bagian kita yaitu hidup benar di hadapan Tuhan dan senantiasa tinggal dekat Dia, di situlah letak kekuatan orang percaya, sebab siapa yang jauh dari Tuhan akan mengalami kebinasaan  (ayat nas).

     Akhirnya Asaf pun menyadari bahwa tidak selayaknya ia merasa cemburu dan iri hati dengan kehidupan orang-orang fasik.  Jadi tidak ada kata rugi atau sia-sia mempertahankan hidup benar, sebab pada saatnya Tuhan pasti akan membuat perbedaan!  Ketidaktaatan pasti akan mendapatkan balasan, dan  "...ada pahala bagi orang benar, sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi."  (Mazmur 58:12).

Tuhan selalu ada di pihak orang benar, karena itu kita tak perlu kuatir!

Tuesday, April 18, 2017

UMAT TEBUSAN TUHAN: Mengabdi Kepada Tuhan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 April 2017

Baca:  Markus 10:17-27

"Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."  Markus 10:25

Semakin kita memusatkan perhatian kepada kesenangan dan kenikmatan hidup di dunia, semakin kecil kesempatan kita untuk menikmati hidup yang sesungguhnya di kekekalan bersama Kristus,  "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?"  (Matius 16:26).  Karena itu jangan pernah sia-siakan kesempatan yang ada untuk mengejar perkara-perkara rohani lebih dari apa pun.  Tidak menghargai kesempatan berarti kita tidak menghargai Tuhan yang memberi kesempatan.  Orang yang tidak mau kehilangan kesenangan dan kenikmatan daging atau hal-hal yang duniawi akan kehilangan hari esok di dalam kekekalan.  Mana yang Saudara pilih?

     Musa menyatakan ini,  "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun,"  (Mazmur 90:10).  Tujuh puluh atau delapan puluh tahun haruslah dianggap sebagai persinggahan sementara.  Karena itu kita tidak boleh bersikap seolah-olah kita akan menetap selama-lamanya di bumi ini.  Biarlah waktu yang terbatas ini kita jadikan kesempatan untuk mengumpulkan harta sorgawi sebanyak-banyaknya!  Banyak orang menganggap bahwa yang paling berharga dalam hidup ini adalah uang, deposito di bank, rumah megah, mobil, aset perusahaan, jabatan dan sebagainya, karena pikirnya memiliki semua itu menjadi jaminan bahwa hidupnya akan nyaman, aman dan berbahagia.  Wajarlah jika mereka akan berpikir 1000X jika harus melepaskannya.  "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).  Harta kekayaan jika tidak dikelola dengan benar dan dengan sikap hati yang benar bisa menjadi jerat dan membinasakan, sama seperti api, bisa menjadi teman atau lawan.

     Namun harus diakui bahwa semakin banyak kita memiliki segala sesuatu semakin berat bagi kita untuk merelakan atau melepaskannya.  Rasul Paulus memperingatkan agar kita tidak berharap kepada sesuatu yang tidak pasti, seperti kekayaan  (baca  1 Timotius 6:17).  Inilah tipu muslihat Iblis untuk membuat manusia terikat begitu rupa dengan segala sesuatu yang ada di dunia ini sehingga tidak lagi mengutamakan Tuhan!

"Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."  Matius 16:19

Monday, April 17, 2017

UMAT TEBUSAN TUHAN: Mengabdi Kepada Tuhan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 April 2017

Baca:  Yesaya 62:10-12

"Orang akan menyebutkan mereka 'bangsa kudus', 'orang-orang tebusan TUHAN', dan engkau akan disebutkan 'yang dicari', 'kota yang tidak ditinggalkan.'"  Yesaya 62:12

Ditebus oleh darah Kristus artinya hidup kita sepenuhnya menjadi milik Tuhan, kita tidak boleh merasa berhak memiliki hidup ini.  Inilah pernyataan Paulus,  "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku."  (Galatia 2:19b-20).  Dengan demikian apa pun yang kita jalani sekarang bukan lagi menurut kehendak diri sendiri melainkan menurut apa yang menjadi kehendak Tuhan.

     Apa kehendak Tuhan?  Menempatkan-Nya sebagai yang terutama dalam hidup ini, sehingga segala sesuatu yang kita kerjakan semata-mata berorientasi untuk kemuliaan nama-Nya.  Ingatlah bahwa di dunia ini status kita hanyalah sebagai pendatang, artinya dunia bukanlah tempat yang permanen untuk kita tinggali melainkan hanya sebagai tempat persinggahan sementara.  Jika menyadari hal ini, maka kita tidak akan mengikat diri dengan segala perkara yang ada di dunia ini.  "Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah."  (Yakobus 4:4).  Jika kita bersahabat dengan dunia berarti kita sedang memposisikan diri sebagai musuhnya Tuhan, karena dunia adalah umpan yang digunakan Iblis untuk menjerat manusia agar tidak bisa mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan melainkan mengutamakan kepentingan diri sendiri dan mengejar kesenangan duniawi.

     Ada tertulis:  "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya."  (Matius 6:19-20).  Jangan sampai perkara-perkara yang ada di dunia ini semakin menarik kita menjauh dari kehendak Tuhan!

Status kita adalah umat tebusan Tuhan, di mana kita dipanggil untuk menundukkan diri penuh tanpa syarat hanya kepada-Nya, yang telah menebus kita!

Sunday, April 16, 2017

KEBANGKITAN KRISTUS: Esensi Iman Kristen

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 April 2017

Baca:  1 Korintus 15:1-11

"bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;"  1 Korintus 15:4

Kekristenan sejati mengajarkan bahwa Kristus benar-benar mati secara fisik di kayu salib untuk membayar penghukuman atas dosa.  Artinya Kristus benar-benar mencurahkan darah-Nya secara nyata untuk menyucikan dosa-dosa.  Jadi kematian Kristus adalah kenyataan, bukan dogeng atau legenda!  Akan tetapi kematian Kristus di kayu salib tidak akan menghasilkan apa pun, tidak akan berdampak apa-apa, jika Ia sendiri tidak bangkit.

     Kebangkitan-Nya di hari ke-3 adalah bukti bahwa Ia telah mengalahkan kuasa dosa, Iblis dan juga maut.  "...maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: 'Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?' Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita."  (1 Korintus 15:54-57).  Iman Kristen adalah iman yang berdiri atas kebangkitan Kristus!  Inilah yang membedakan kekristenan dengan kepercayaan atau agama apa pun yang ada di dunia ini.  Rasul Paulus berkata,  "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu."  (1 Korintus 15:14).  Andaikata Kristus tidak bangkit dari kematian maka kita tetap hidup dalam dosa,  "Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus."  (1 Korintus 15:18).  Tetapi yang benar adalah bahwa  "...Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia."  (1 Korintus 15:20-21).

     Kuasa kebangkitan Kristus inilah yang memberikan kekuatan dan keberanian dalam diri Yohanes dan juga Petrus untuk bersaksi di hadapan Mahkamah Agama bahwa keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia  (baca  Kisah 4:11-12).  Dan karena Kristus telah bangkit kita orang percaya memiliki jaminan keselamatan dan pengharapan masa depan yang baik dari Tuhan.

Kebangkitan-Nya adalah bukti bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat!

Saturday, April 15, 2017

PENDERITAAN KRISTUS DI KAYU SALIB

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 April 2017

Baca:  Yohanes 19:28-37

"Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: 'Sudah selesai.' Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya."  Yohanes 19:30

Penderitaan yang tiada terbayangkan dirasakan oleh orang yang mengalami penghukuman di kayu salib.  Karena ketika orang dalam posisi tergantung sedikit saja bergerak akan menimbulkan sakit yang luar biasa.  Dikenal ada dua cara untuk menyalibkan orang yaitu diikat memakai tali dan dipaku.  Tuhan Yesus kemungkinan mengalami kedua cara itu!  Ketika Tomas berkata,  "'Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.'"  (Yohanes 20:27), berkatalah Tuhan Yesus kepadanya:  "'Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.'"  (Yohanes 20:27).

     Secara medis jika orang digantung dengan kedua tangan terangkat ke atas, maka darahnya akan dengan cepat mengalir turun ke bagian bawah tubuhnya.  Diperkirakan antara 6 sampai 12 menit tekanan darahnya akan turun menjadi separuhnya, sementara denyut jantung akan meningkat dua kali lipat.  Jantung akan kekurangan darah dan segera diikuti dengan pingsan.  Hal ini akan memicu kematian karena gagal jantung.  Namun apabila orang yang disalibkan belum mati dalam 2 atau tiga hari kemudian mereka akan dipercepat dengan cara crucifragium atau pematahan kaki.  "...tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya,"  (Yohanes 19:33).  Artinya Tuhan Yesus tidak sempat dipatahkan kaki-Nya karena Ia telah mati terlebih dahulu beberapa jam setelah disalibkan.

     Fakta ini semakin menegaskan bahwa Tuhan Yesus benar-benar mati di kayu salib,  "Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci,"  (1 Korintus 15:3).  Dan bukan kebetulan jika Tuhan Yesus disalibkan di antara dua orang penjahat yang adalah gambaran keberadaan manusia yang berdosa.

"Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat."  Lukas 5:32

Friday, April 14, 2017

KEMATIAN KRISTUS: Menggantikan Kita

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 April 2017

Baca:  Roma 6:1-14

"Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa."  Roma 6:6

Jumat Agung merupakan momen agung di dalam sejarah, di mana Tuhan yang menjadi manusia rela disalibkan dan mati demi menebus dosa semua manusia.  Di dalam salib ada penebusan Kristus yang memperdamaikan dan meredakan murka Allah.  "Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."  (Roma 6:23).

     Maut berbicara tentang kematian kekal yaitu penderitaan tiada akhir.  Maut tidak bisa ditukar atau digantikan dengan ibadah, perbuatan baik, amal dan sebagainya.  Maut hanya bisa dibayar dengan nyawa!  Sesungguhnya kematian adalah bagian kita sebagai orang berdosa,  "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,"  (Roma 3:23).  Namun Yesus berkata,  "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."  (Lukas 19:10).  Untuk menyelamatkan manusia yang terhilang  (berdosa)  Yesus harus mati untuk itu.  Penderitaan dan kematian yang seharusnya kita tanggung ditanggung-Nya di atas kayu salib.  "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah."  (2 Korintus 5:21).  Tanpa melalui pengorbanan Kristus kita tak beroleh jalan masuk menuju kehidupan kekal, semua karena kasih karunia Allah semata yang rela memberikan Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus, mati bagi kita, Dialah jalan keselamatan dan pengantara kita.  "Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,"  (1 Timotius 2:5).

     Bagi kebanyakan orang berita penebusan Kristus di kayu salib adalah suatu kebodohan  (baca  1 Korintus 1:18), bagaimana mungkin Tuhan disalibkan oleh manusia ciptaan-Nya.  Kalau Kristus itu Tuhan seharusnya Ia bisa membuktikan kuasa-Nya dengan meloloskan diri dari penyaliban.  Yesus bisa saja menyelamatkan diri dari penyaliban, tapi bukan itu yang menjadi misi kedatangan-Nya ke dunia ini!

"...Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  Matius 20:28

Thursday, April 13, 2017

MANUSIA JATUH KE DALAM DOSA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 April 2017

Baca:  Kejadian 3:1-24

"Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil."  Kejadian 3:23

Berfirmanlah Allah kepada manusia,  "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."  (Kejadian 2:16-17).  Allah melarang manusia memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat, sebab jika mereka memakannya seketika itu juga mereka akan mati.

     Yang dimaksudkan  'mati'  di sini bukan mati secara jasmaniah tapi mati secara roh.  Iblis mengetahui kebenaran ini, sehingga dengan segala tipu muslihatnya, ia masuk ke taman Eden dalam bentuk ular,  "Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat..."  (Kejadian 3:1).  Dengan sedikit memelintir firman Iblis berkata kepada Hawa,  "'Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.'"  (Kejadian 3:4-5).  Hawa termakan oleh tipuan Iblis sehingga hatinya menjadi ragu dan bimbang terhadap firman.  "Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya."  (Kejadian 3:6).  Firman Allah itu bukan untuk diragukan, dipertanyakan, atau diperdebatkan, melainkan hanya untuk ditaati sepenuhnya.  Adam dan Hawa telah melanggar apa yang difirmankan Allah dan membiarkan dirinya dalam jerat Iblis.  Jatuhlah manusia pertama itu dalam dosa!

     Karena pemberontakkannya ini  (berdosa)  manusia harus menanggung akibatnya:  "TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden..."  (Kejadian 3:23)  dan harus mengalami berbagai penderitaan dan pada akhirnya mati.  "Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa."  (Roma 5:12).

Karena satu orang telah berbuat dosa maka semua orang hidup di bawah hukum dosa dan terpisah dari Allah!

Wednesday, April 12, 2017

ANDREAS SEBAGAI PELAYAN 'PERANTARA'

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 April 2017

Baca:  Yohanes 1:35-42

"Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)." Ia membawanya kepada Yesus.  Yohanes 1:41-42a

Kebanyakan orang Kristen masa sekarang mengukur keberhasilan seorang pelayan Tuhan atau hamba Tuhan dari sisi popularitas, jam terbang pelayanan, kelimpahan materi dan juga besarnya manifestasi kuasa Tuhan yang tampak secara nyata dalam pelayanannya.

     Tak dapat dipungkiri bahwa Tuhan memakai sebagian dari para utusan-Nya untuk mendemonstrasikan kuasa-Nya yang dahsyat ke tengah-tengah jemaat, sebagaimana tertulis:  "Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan."  (Matius 10:1).  Hal itu tidak berarti bahwa pelayan-pelayan Tuhan yang tidak memiliki karunia yang spektakuler dikatakan sebagai pelayan Tuhan yang tidak berhasil di mata Tuhan, atau berkualitas lebih rendah dibanding mereka.  Keberhasilan seorang pelayan Tuhan lebih mengacu kepada karakter dan ketaatannya.  Tidak semua dari kedua belas rasul yang dipilih oleh Tuhan Yesus menjadi orang-orang yang menonjol dan terkenal karena memiliki karunia-karunia rohani yang spektakuler seperti yang dimiliki Petrus, namun masing-masing saling melengkapi untuk memberitakan Injil dan memajukan Kerajaan Allah.  Andreas, yang secara harafiah dalam bahasa Yunani berarti jantan, meski tidak sepopuler Petrus, tetapi perannya tidak boleh dipandang remeh.  Andreas lah yang pertama kali memperkenalkan Petrus kepada Tuhan Yesus, tapi justru Petrus yang tampak lebih menonjol dan spektakuler dalam pelayanan.

     Meskipun  'kalah pamor'  Andreas tidak pernah berkecil hati apalagi merasa iri hati terhadap saudaranya itu, karena ia menyadari bahwa perannya adalah sebagai perantara, pembawa jiwa, seorang yang bersemangat memperkenalkan orang lain kepada Tuhan Yesus, bukan sebagai pengkhotbah ulung atau hamba Tuhan yang memiliki karunia untuk menyembuhkan orang seperti di acara-acara KKR.

Kita tidak perlu iri hati terhadap karunia rohani atau kepopuleran orang lain, yang terutama adalah bagaimana kita menjadi hamba yang setia, rendah hati, taat dan berkenan kepada Tuhan!  Itulah yang bernilai di mata Tuhan!

Tuesday, April 11, 2017

TAK LAYAK BERLAKU CONGKAK!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 April 2017

Baca:  Obaja 1:1-16

"Sekalipun engkau terbang tinggi seperti burung rajawali, bahkan, sekalipun sarangmu ditempatkan di antara bintang-bintang, dari sanapun Aku akan menurunkan engkau, --demikianlah firman TUHAN."  Obaja 1:4

Punya materi, sukses dan berkedudukan tinggi  (berpangkat)  seringkali menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk berubah sikap, yang dulunya rendah hati kini mulai membangga-banggakan diri dan menjadi angkuh.

     Di zaman sekarang ini roh keangkuhan sedang melanda banyak orang.  Angkuh adalah sifat suka meninggikan diri dan memandang rendah orang lain, tinggi hati, sombong atau congkak.  Tragisnya banyak anak Tuhan dan bahkan para pelayan Tuhan yang juga terbawa oleh arus dunia ini, yaitu bersikap angkuh.  Terlebih-lebih mereka yang secara kasat mata pelayanannya tampak berhasil, pelayanannya semakin padat, mulai diundang sana-sini dan semakin dikenal banyak orang, cepat sekali berubah sikap, dada mulai dibusungkan, dan berlaku angkuh.  Mereka berkata,  "Kalau bukan aku yang mendoakan, sakitnya tak dapat sembuh.  Kalau bukan aku yang mendanai, gereja itu pasti tidak akan berkembang.  Orang itu bertobat karena aku yang melayani dia."  Saudaraku, tidak semestinya kita berkata demikian!  Berhati-hatilah!  "Keangkuhan hatimu telah memperdayakan engkau,"  (ayat 3), dan  "Jika malam-malam pencuri atau perampok datang kepadamu--betapa engkau dibinasakannya--bukankah mereka akan mencuri seberapa yang diperlukannya?"  (ayat 5).

     Belajarlah kepada Daud yang sadar betul bahwa semua pencapaian dalam hidupnya itu datangnya dari Tuhan, sebab:  "...punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya."  (1 Tawarikh 29:11-12).

"TUHAN menjaga orang-orang yang setiawan, tetapi orang-orang yang berbuat congkak diganjar-Nya dengan tidak tanggung-tanggung."  Mazmur 31:24

Monday, April 10, 2017

MUSUH TAK TERDUGA DATANGNYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 April 2017

Baca:  1 Samuel 23:1-13

"Bersiaplah, pergilah ke Kehila, sebab Aku akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tanganmu."  1 Samuel 23:4

Perjalanan hidup setiap orang tak pernah luput dari masalah, entah itu berupa sakit-penyakit, krisis keuangan, musibah atau bahkan musuh-musuh yang sewaktu-waktu bisa datang tanpa bisa diprediksi.  Untuk menghadapi semuanya itu kita tidak mungkin mengandalkan kekuatan diri sendiri, mutlak kita memerlukan Tuhan.  Karena itu penting sekali kita membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan agar beroleh petunjuk dan tuntunan-Nya, sebab ada tertulis:  "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka."  (Mazmur 25:14).

     Bergaul karib dengan Tuhan berarti menjadikan doa dan perenungan firman Tuhan sebagai gaya hidup.  Doa merupakan persekutuan secara roh dengan Roh Kudus dan Bapa, sedangkan firman Tuhan adalah makanan rohani yang mutlak dibutuhkan untuk menguatkan iman kita.  Daud mampu mengalahkan musuh-musuhnya karena ia karib dengan Tuhan.  Terbukti ia selalu meminta petunjuk dan penyertaan Tuhan sebelum melangkah atau melakukan segala sesuatu.  Ketika diberitahukan bahwa  "...orang Filistin berperang melawan kota Kehila dan menjarah tempat-tempat pengirikan."  (1 Samuel 23:1), bertanyalah Daud kepada Tuhan:  "'Apakah aku akan pergi mengalahkan orang Filistin itu?' Jawab TUHAN kepada Daud: 'Pergilah, kalahkanlah orang Filistin itu dan selamatkanlah Kehila.'"  (1 Samuel 23:2).  Daud pun maju berperang, dan karena campur tangan Tuhan ia berhasil mengalahkan orang Filistin dan menyelamatkan penduduk Kehila.

     Penduduk Kehila bukanlah sanak saudara Daud, tetapi karena solidaritasnya terhadap bangsa itu ia rela berperang melawan orang Filistin.  Apa itu solidaritas?  Adalah rasa kebersamaan, rasa kesatuan kepentingan, rasa simpati, rasa setia kawan.  Bagaimana respons orang-orang Kehila setelah dibantu Daud?  Alih-alih mengungkapkan rasa terima kasih, mereka justru berpihak kepada Saul untuk menyingkirkan Daud.  Dalam situasi ini Saul yang seharusnya membela Daud malah menyimpan niat jahat terhadap Daud, karena terbakar rasa iri hati dan dengki.  Benar-benar di luar dugaan!

Tak perlu takut menghadapi musuh!  Jika Tuhan di pihak kita, siapakah lawan kita?