Saturday, April 4, 2015

KEMATIAN KRISTUS: Kasih Karunia Allah

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 April 2015

Baca:  Roma 11:25-36

"Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya."  Roma 11:29

Peristiwa kematian Yesus Kristus mengingatkan kita tentang kasih terbesar Allah bagi umat-Nya.  "Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya."  (1 Yohanes 4:9).  Oleh kasih karunia Allah melalui kematian Putera-Nya kita menerima pengampunan dosa.

     Apa itu kasih karunia?  Kasih karunia adalah anugerah atau kemurahan Allah yang sebenarnya tidak layak kita terima, tetapi oleh karena kasih-Nya kita dilayakkan menerimanya.  Kita yang seharusnya menanggung hukuman sebagai akibat dari dosa, oleh kasih-Nya Allah berinisiatif menyelamatkan kita.  Tindakan inilah yang disebut tindakan pembenaran, suatu tindakan yang dikerjakan Allah membenarkan manusia yang berdosa melalui iman percaya kepada Yesus Kristus.  "Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar--tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati--. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."  (Roma 5:6-8).

     Melalui kematian Kristus kita yang percaya kepada-Nya mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat:  beroleh pengampunan dosa  (Ibrani 9:28),  beroleh pembenaran  (Roma 5:16), terbebas dari hukuman  (Roma 8:1-2), diperdamaikan dengan Allah  (Kolose 1:20), dan beroleh jaminan kehidupan kekal.  Ada tertulis,  "Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."  (Roma 6:23).  Yesus Kristus rela menderita dan mati di kayu salib sebagai pengganti bagi kita, di mana kita yang seharusnya dihukum oleh karena dosa dan pelanggaran telah digantikan oleh Kristus yang rela menjadi kutuk karena kita,  "sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!'"  (Galatia 3:13).  Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengucap syukur, sebab kita hidup sampai hari ini semata-mata karena kasih karunia Allah.  Jika demikian, pantaskah kita memegahkan diri sendiri dan menjadi sombong?

"Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia."  Roma 6:14

1 comment: