Saturday, January 31, 2015

UCAPAN SYUKUR SEBAGAI KORBAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Januari 2015

Baca:  Mazmur 116:1-19

"Aku akan mempersembahkan korban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama TUHAN,"  Mazmur 116:17

Apa yang Saudara rasakan dan alami di hari terakhir bulan Januari ini?  Masih sulitkah bibir kita mengucap syukur dan memuji-muji Tuhan, oleh karena hari-hari yang kita alami terasa berat?  Ketika seseorang mengalami hidup berkelimpahan, memiliki tubuh sehat, bisnis berjalan lancar, toko semakin laris, mendapat bonus, beroleh kenaikan pangkat atau promosi, tanpa harus dikomando dan didorong-dorong pun mulut dan bibir kita akan dipenuhi ucapan syukur, bahkan di sepanjang jalan saat berkendara pun kita akan terus bersenandung, memuji dan memuliakan Tuhan.

     Bersyukur kepada Tuhan ketika menikmati masa-masa indah, menyenangkan dan penuh kemenangan adalah perkara yang sangat mudah.  Bagaimana jika kita mengalami masa-masa sulit seperti yang dialami nabi Habakuk?  "...pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan,...ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,"  (Habakuk 3:17).  Keadaan kontradiktif pun akan terlihat:  "Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik; Hatiku bergejolak dalam diriku, menyala seperti api, ketika aku berkeluh kesah;"  (Mazmur 39:3-4).  Mulut terasa terkunci dan sulit untuk mengucap syukur kepada Tuhan.  Berbeda dengan Habakuk, dalam keadaan yang tidak mendukung sekalipun ia tetap  "...bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah..."  (Habakuk 3:18).  Inilah yang disebut korban syukur!

     Kata  'korban'  selalu identik dengan penderitaan.  Prinsip korban selalu berarti mengalami suatu kerugian atau kehilangan sesuatu.  Mempersembahkan korban syukuran kepada Tuhan berarti dengan sukarela mempersembahkan puji-pujian dan memuliakan nama Tuhan meski berada di situasi yang tidak mendukung:  kehilangan, tertekan, menderita, dirundung malang, bersukacita, sakit, krisis atau berkekurangan, yang secara manusia menjadikan alasan kuat untuk bersedih dan merintih;  jadi dengan kata lain kita memaksa hati dan bibir kita untuk memuji Tuhan meski sambil mencucurkan air mata.

Korban syukur inilah yang menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak!

No comments:

Post a Comment