Sunday, December 14, 2014

BERIBADAH DENGAN SUKACITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Desember 2014

Baca:  Mazmur 47:1-10

"Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!"  Mazmur 47:2

Masih ada banyak orang Kristen yang beribadah kepada Tuhan secara asal-asalan tanpa disertai sikap hormat dan takut akan Tuhan.  Hal itu bisa dilihat dari hal-hal simpel:  datang beribadah tidak tepat waktu  (terlambat), masih suka bersenda-gurau saat ibadah berlangsung, bahkan ada yang sambil ber-SMS ria atau memainkan blackberry.  Kalau kita menyadari akan kehadiran Tuhan kita tidak akan melakukan tindakan-tindakan tersebut.  Ada pula yang beribadah dengan raut muka tetap cemberut dan tidak ada semangat sama sekali.  Pemazmur mengingatkan,  "Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!"  (Mazmur 100:2).  Ayat nas menyatakan:  bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak sorai.  Artinya kita juga harus beribadah kepada Tuhan dengan sukacita dan penuh semangat.

     Mengapa kita harus beribadah kepada Tuhan dengan sukacita?  Karena Tuhan telah menciptakan kita dan tujuan manusia diciptakan adalah untuk memuji, menyembah dan memuliakan Tuhan.  Sudahkah kita menyembah Tuhan dan memuliakan nama-Nya dengan segenap hati dan jiwa sebagai perwujudan dan ibadah kita?  Kita harus bersukacita oleh karena Tuhan telah menebus dosa-dosa kita dan menyelamatkan kita.  Kita bersukacita karena menjadi umat pilihan-Nya.  Kita bersukacita karena Tuhan adalah Gembala Agung dan kita adalah kawanan domba gembalaan-Nya.  Kita bersukacita karena  "...TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun."  (Mazmur 100:5).  Kesadaran akan kasih karunia Tuhan yang begitu besar ini seharusnya mendorong kita untuk beribadah kepada-Nya dengan kasih.

     Orang yang beribadah karena mengasihi Tuhan pasti akan melakukan yang terbaik untuk Tuhan kapan pun dan di mana pun berada dan tidak mudah kecewa, sebab ibadah yang sesungguhnya berkaitan dengan seluruh hidup kita yang mengabdi secara total kepada Tuhan.

Karena yang menjadi obyek utama ibadah adalah Tuhan, bukan pendeta atau manusia, maka kita akan beribadah kepada Tuhan dengan sukacita, bukan terpaksa!

1 comment:

  1. Bagaimana seorang penderita depresi yang suasana hatinya selalu "mendung" dapat beribadah dengan sukacita ? Mohon advis nya.

    Syaloom @ Chandra P

    ReplyDelete