Tuesday, September 2, 2014

MEREMEHKAN HAK KESULUNGAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 September 2014

Baca:  Ibrani 12:15-17

"Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan."  Ibrani 12:16

Menyandang status sebagai anak-anak Tuhan berarti memiliki  'hak kesulungan'  yaitu hak untuk menjadi ahli waris Kerajaan Sorga dan juga memerintah bersama dengan Kristus;  artinya hak kesulungan yang kita terima memiliki nilai yang jauh lebih besar dan mulia daripada sekedar harta warisan yang ada di dunia ini.  Karena itu berhati-hatilah!  Jangan sampai kita menjual hak kesulungan kita hanya demi pasangan hidup, harta kekayaan, jabatan/pangkat atau popularitas yang sifatnya hanya sementara.

     Kalau kita tahu dan menyadari bagaiman proses seseorang memperoleh hak kesulungan, kita sekali-kali tidak akan pernah menyepelekan, memandang rendah dan menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan ini.  Alkitab menyatakan:  "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman."  (Yohanes 6:44).  Tuhan Yesus juga menegaskan,  "Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."  (Yohanes 14:6).  Artinya tidak ada sedikit pun campur tangan manusia sehingga manusia dapat menerima kasih karunia Allah dan dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga.  Tertulis:  "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."  (Efesus 2:8-9).  Jadi jikalau ada seseorang yang meremehkan kasih karunia Allah ini, maka orang tersebut akan bernasib seperti Esau,  "...ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata."  (Ibrani 12:17).

     Ingatlah Saudaraku, keberadaan kita ini berbeda dengan orang-orang dunia, karena kita adalah orang-orang pilihan Tuhan yang telah dipanggil dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib  (baca  1 Petrus 2:9).  Jadi kita harus menghormati dan menghargai kasih karunia Tuhan ini dengan hati yang takut dan gentar.

Akankah kita mengikuti jejak Esau, yang harus kehilangan berkat-berkat Tuhan yang luar biasa karena tergiur dengan kenikmatan yang ditawarkan dunia?

No comments:

Post a Comment