Wednesday, August 6, 2014

SERI UTUSAN TUHAN: Hidup Dalam Ketaatan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Agustus 2014

Baca:  Yohanes 20:19-23

"Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu."  Yohanes 20:21b

Sebagaimana Yesus berpesan kepada murid-murid-Nya ketika Ia menampakkan diri setelah kebangkitan-Nya  (ayat nas), pesan itu juga berlaku untuk semua orang percaya.  Setiap kita yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, yang telah diselamatkan dan mengalami lahir baru,  "...ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17), memiliki sebuah tanggung jawab besar, karena kita menyandang predikat sebagai utusan-utusan Kristus di tengah dunia ini, sama seperti tugas yang diemban oleh malaikat Gabriel,  "...melayani Allah dan ... diutus untuk berbicara ... untuk menyampaikan kabar baik ..."  (Lukas 1:19).

     Menjadi utusan Kristus bukanlah hal yang sembarangan, apalagi di zaman akhir seperti sekarang ini, karena di mana pun berada dan kemana pun pergi kita mempertaruhkan nama Kristus.  Oleh karena itu untuk menjadi utusan-utusan Tuhan kita harus benar-benar memenuhi kriteria seperti yang Tuhan inginkan.  Kita layak disebut sebagai utusan-Nya jika kita memiliki kehidupan yang berkenan kepada Tuhan seperti penilaian Tuhan terhadap Daud.  "Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku."  (Kisah 13:22).

     Seseorang dikatakan memiliki kehidupan yang berkenan kepada Tuhan apabila ia hidup dalam ketaatan.  Ketaatan adalah syarat utama!  Banyak orang berusaha untuk hidup taat dalam seluruh aspek kehidupannya, namun mereka seringkali menuai kegagalan.  Mengapa?  Karena ketaatan itu bisa diibaratkan seperti sebuah pohon:  ada ranting, daun, batang dan juga buah, yang kesemuanya itu bersumber pada akar.  Akar memiliki peranan yang sangat vital karena sebagai sumber yang membawa makanan ke seluruh bagian pohon.  Begitu pula dengan ketaatan, harus dimulai dari akarnya.  Akhirnya kita harus memulai ketaatan itu dari hal-hal yang paling mendasar, di mana hal ini akan menjadi  'akar'  bagi ketaatan-ketaatan lainnya.

Jika kita taat dalam perkara yang paling mendasar ini kita pasti akan memiliki ketaatan pada seluruh aspek kehidupan kita.

No comments:

Post a Comment