Tuesday, September 24, 2013

MENABUR: Perhatikan Kualitas Benihnya! (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 September 2013 -

Baca:  Matius 13:1-23

"...dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."  Matius 13:23

Inilah janji Tuhan kepada Abraham,  "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat."  (Kejadian 12:2).  Abraham menanti-nantikan janji Tuhan itu dengan iman dan penuh kesabaran.  Ia pun menabur ketaatan, kesetiaan, kasih dan melakukan yang terbaik bagi Tuhan sampai akhirnya ia menuai.  Abraham mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidupnya meski itu membutuhkan waktu penantian yang tidak singkat.  Janji-janji Tuhan tergenapi dalam hidupnya.  Dikatakan,  "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu."  (Ibrani 10:36).  Pemazmur pun berkata,  "Teguhkanlah pada hamba-Mu ini janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu."  (Mazmur 119:38).

     Pertanyaan:  benih jenis apa yang Saudara tabur saat ini?  Apakah kita menabur untuk tuaian yang tahan lama atau tidak?  Biarlah kita semakin giat menabur, khususnya untuk hal-hal yang berhubungan dengan Roh, karena inilah taburan yang dapat bertahan lama atau bersifat kekal, sebab  "barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu."  (Galatia 6:8).  Mari kita menabur waktu, tenaga, pikiran, materi, talenta dan seluruh keberadaan hidup kita untuk melayani Tuhan dan mendukung pekerjaanNya di bumi ini.  Pada saatnya kita pasti akan menuai berkat/upah dari Tuhan.

     Ada banyak orang Kristen yang begitu hitung-hitungan dengan Tuhan sehingga mereka enggan untuk berkorban.  Jangankan berkorban materi, berkorban waktu dan tenaga untuk melayani Tuhan saja kita ogah-ogahan.  Banyak sekali alasan dan dalih yang kita kemukakan:  sibuk, tidak bisa meninggalkan pekerjaan, nanti saja kalau sudah berhasil atau kalau anak-anak sudah menikah.  Atau kita sudah menabur untuk Tuhan, baik itu melalui pelayanan ataupun berkorban secara materi, tapi mungkin secara asal-asalan, terpaksa, tidak sepenuh hati dan tidak disertai motivasi yang benar.

Jika kita menabur dengan tujuan menyenangkan manusia, dan bukan untuk menyenangkan hati Tuhan, yang kita tuai adalah sebatas pujian manusia itu!

No comments:

Post a Comment