Thursday, September 30, 2010

BAPA SAYANG KEPADA KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 September 2010 -

Baca: Mazmur 103:1-22

"Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia."  Mazmur 103:13

Hari ini kita menapaki hari terakhir dalam bulan September.  Kita akui, bila kita dapat menjalani dan melewati hari-hari sulit yang penuh dengan pergumulan ini, semua karena penyertaan Tuhan, seperti diungkapkan Sari Simorangkir dalam lagunya: "Bukan dengan kekuatanku, kudapat jalani hidupku.  Tanpa Tuhan yang di sampingku, kutak mampu sendiri.  Engkau kuatku... yang menopangku!"

     Kekuatan, kemampuan, kepintaran dan apa saja yang kita miliki dan mungkin selama ini kita bangga-banggakan sia-sia jika tanpa Tuhan.  Namun kita patut berbangga memiliki Allah di dalam nama Tuhan Yesus, karena Dia adalah Bapa yang sangat baik bagi kita.  Kata Daud, "Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia."  Kalau Bapa di sorga tidak menyayangkan AnakNya dikorbankan untuk keselamatan manusia (baca Roma 8:32), Bapa juga pasti sangat menyayangi anak-anakNya yang percaya dan yang senantiasa mengandalkan Dia dalam segala hal.  Oleh karena itu mari kita hidup selalu menyenangkan hati Bapa di setiap tingkah laku, perkataan dan juga perbuatan kita.  Bila hidup kita berkenan dan senantiasa menyenangkan Tuhan, maka Dia sebagai Bapa yang baik pasti akan memberi yang terbaik untuk kita.  FirmanNya berkata, "Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga!  Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya."  (Matius 7:11).

     Bukankah sampai saat ini kita telah mengecap kebaikan Tuhan?  Dan jika saat ini kita juga mengalami 'didikan dan hajaran' dari Dia, janganlah katakan bahwa Bapa itu jahat atau tidak adil.  Dalam Ibrani 12:10 dikatakan, "Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya."  Jadi, bapa yang mencintai anaknya pasti juga akan mendidik dan menghajar jika anaknya kedapatan berbuat kesalahan atau melakukan pelanggaran.  TeguranNya mendatangkan kebaikan bagi kita.

Berbanggalah memiliki Bapa yang baik!

Wednesday, September 29, 2010

JANGAN TERBELENGGU MASA LALU (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 September 2010 -

Baca: Ayub 3:1-26

"Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku."  Ayub 3:25

Bangsa Israel tidak mengarahkan pandangannya ke depan di mana Tuhan sudah menyediakan suatu kehidupan yang berpengharapan di Kanaan, "...suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya,..." (Keluaran 3:8).  Sebaliknya, pikiran mereka terus menoleh ke belakang Mesir.  Masa lalu di Mesir terus menghantui hati dan pikiran mereka.  Mental sebagai budak tetap melekat di benak mereka, padahal mereka sudah dipilih Tuhan sebagai anak-anakNya, umat pilihanNya dan juga kesayanganNya sendiri!  Hal ini bisa terlihat, di mana di sepanjang perjalanan menuju Tanah Perjanjian mereka tak pernah berhenti mengeluh, bersungut-sungut, kuatir, cemas, bahkan terus membanding-bandingkan hidup mereka saat berada di Mesir.  Keluh mereka, "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan Tuhan ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang!  Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan."  (Keluaran 16:3). 

     Sesungguhnya, kegagalan mereka mencapai Tanah Perjanjian bukanlah masalah fisik, tetapi masalah mental, masalah alam berpikir mereka yang belum diperbaharui.  Karena itu jangan pernah menganggap remeh apa yang kita pikirkan, karena hal itu akan berdampak pada tindakan.  Alam pikiran kita acapkali membawa kita pada kenyataan seperti yang kita pikirkan, baik itu berkat atau kutuk.  Salomo berkata, "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia."  (Amsal 23:7a).  Tuhan tidak pernah merancangkan kegagalan dalam kehidupan kita, sebaliknya "...rancangan damai sejahtera... untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11).

     Stop mengeluh, bersungut-sungut dan juga kuatir!  Buang itu semua dari pikiran kita!  Hal-hal itu hanya akan merugikan diri kita sendiri dan juga menjadi penghambat kemajuan kita, bahkan keadaan kita justru akan semakin buruk.  Mari kita tinggalkan kegagalan, luka dan apa saja di masa lalu yang membuat kita gagal!

Karena di dalam Kristus kita adalah ciptaan baru, maka "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang."  (Amsal 23:18).  Haleluya!

Tuesday, September 28, 2010

JANGAN TERBELENGGU MASA LALU (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 September 2010 -

Baca: Lukas 9:57-62

"Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."   Lukas 9:62

Di bawah kepemimpinan Musa bangsa Israel keluar dari perbudakannya di Mesir.  Pada suatu ketika Tuhan membawa mereka melewati Laut Teberau.  Dengan kuasaNya yang ajaib Tuhan membelah laut itu menjadi tanah kering sehingga seluruh orang Israel  "...berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka."  (Keluaran 14:22).  Dan setelah mereka berhasil melewatinya dan sampai ke seberang, laut itu pun menutup kembali, "Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut."  (Keluaran 14:30b).  Dengan demikian bangsa Israel tidak pernah memiliki jalan untuk kembali lagi ke Mesir.

     Melalui peristiwa ini ada makna rohani terkandung:  Tuhan ingin seluruh umat Israel menutup lembaran hidup mereka di Mesir serta melupakannya.  Sayang, bayangan dan kenangan Mesir tetap melekat dalam hati dan pikiran mereka.  Memang secara fisik (kasat mata) mereka tidak dapat kembali lagi ke Mesir; namun dalam hal roh dan pikiran, mreka tidak bersedia menutup pintu kehidupan masa lalu mereka di Mesir.  Mereka tidak melepaskan bayangan masa lalu dan tetap bermental seorang budak.  Akhirnya mereka tidak pernah mencapai garis akhir, dan hampir semua orang yang keluar dari Mesir akhirnya mati di padang gurun sebelum mencapai Kanaan.  Untuk dapat menikmati Kanaan mereka harus bersedia melepaskan jubah seorang budak dan mau mengenakan jubah seorang anak-anak Allah, mengubah pola pikir kita dari status sebagai 'budak' menjadi seorang 'anak'.  "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh AnakNya ke dalam hati kita, yang berseru:  'ya Abba, ya Bapa!'  Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah."  (Galatia 4:6-7).

     Oleh karena itu Tuhan Yesus berkata, " Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang tidak layak untuk Kerajaan Allah."  Kita harus mengarahkan pandangan ke depan dan jangan pernah menoleh ke belakang.  Sampai saat ini masih banyak orang Kristen yang hidup dengan bayang-bayang masa lalu.  Mereka tidak mau menutup lembaran masa lalunya sehingga masa lalu itu terus mengejar dan menghantuinya setiap saat.  (Bersambung)

Monday, September 27, 2010

TUHAN TAHU PERGUMULAN KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 September 2010 -

Baca: 1 Samuel 2:1-10

"Hatiku bersukaria karena Tuhan, tanduk kekuatanku ditinggikan oleh Tuhan; mulutku mencemoohkan musuhku, sebab aku bersukacita karena pertolonganMu."   1 Samuel 2:1

Dalam 1 Samuel 1 dikisahkan seorang wanita bernama Hana, istri Elkana.  Ia adalah seorang perempuan yang mandul, "...sebab Tuhan telah menutup kandungannya."  (1 Samuel 1:5).  Artinya Hana tidak mungkin memiliki anak karena kandungannya telah tertutup.  Pada zaman itu tidak memiliki anak merupakan aib bagi para perempuan karena seorang perempuan yang mandul dianggap tidak diberkati Tuhan.  Itulah sebabnya Hana mengalami pergumulan yang cukup berat.  Hampir setiap hari ia menerima ejekan, cibiran dan juga hinaan karena ia tidak mempunyai keturunan, apalagi yang menghinanya adalah 'madu' nya sendiri yaitu Penina.  Bisa dibayangkan betapa sakit dan hancurnya hati Hana!  Meskipun demikian Hana tidak menyerah begitu saja.  Ia tekun mencari Tuhan serta mencurahkan isi hati dan kesedihannya itu kepada Tuhan.  Dan akhirnya jeritan hati Hana itu menggerakkan hati Tuhan.  Hana memperoleh jawaban doa;  Tuhan menjamah kandungannya hingga ia dapat mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki.  Bahkan anaknya bukanlah sembarang anak, anak itu adalah seorang nabi Allah di jaman raja Saul dan Daud, dialah nabi Samuel yang lahir dari rahimnya.

     Mungkin apa yang terjadi dalam diri Hana juga sedang kita alami:  pergumulan yang sangat berat seperti 'langit yang tertutup awan tebal'.  Berbagai cara sudah kita tempuh, tapi seolah-olah 'mendung itu tetap kelabu', dan akhirnya kita pun putus asa.  Dalam kondisi terpuruk seperti ini yang kita butuhkan adalah perubahan dalam hidup kita.  Suatu ketika Hana bernazar kepada Tuhan, dan ia berjanji apabila Tuhan menjawab doanya dan memberikan seorang anak baginya, ia akan menyerahkan anak itu kepada Tuhan.  Dan Hana menepati janji itu, padahal anak itu sangat berharga dalam hidup Hana, tapi ia rela menyerahkan kepada Tuhan.

     Bagaimana kita?  Adakah kita memiliki penyerahan diri kepada Tuhan sepenuhnya?  Selain itu, Hana memiliki ketekunan dalam memelihara jam-jam ibadahnya.  Tertulis:  "Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan Tuhan;"  (1 Samuel 1:19a).

Bila sampai saat ini kita belum menikmati janji Tuhan, belajarlah punya penyerahan diri kepada Tuhan dan jangan abaikan jam-jam ibadah yang ada!

Sunday, September 26, 2010

TABIR BAIT SUCI TERBELAH DUA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 September 2010 -

Baca: Markus 15:33-41

"Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah."  Markus 15:38

Dalam Perjanjian Lama disebutkan bahwa hadirat Allah itu bersemayam di dalam bait yang dibuat oleh manusia. Namun, ketika Tuhan Yesus mati di atas kayu salib, tabir Bait Suci yang memisahkan hadirat Allah di dalam Ruang yang Kudus dan yang Mahakudus terbelah dari atas sampai ke bawah.

     Sekarang Hadirat Allah tidak saja untuk kita, tetapi Dia juga di dalam kita.  Hal ini menjadi fakta yang harus kita percayai, karena firmanNya mengatakan, "Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia."  (1 Yohanes 4:4).  Syukur kepada Tuhan!  Kini kita tidak perlu takut terhadap apa pun yang ada di dunia, karena 'lebih besar Roh (Allah) yang ada di dalam kita, dari pada dia (roh) yang ada di dalam dunia.'  Jadi sangat jelas bahwa Allah kita di dalam nama Tuhan Yesus lebih besar dari semua ujian dan persoalan yang sedang kita alami dan hadapi di dunia ini.  Dia lebih besar daripada segala krisis apa pun:  sakit-penyakit, keuangan, atau penderitaan.  Dia Mahabesar dan yang Terbesar!  Roh Kudus yang lebih besar dari pada segala roh yang ada di dunia akan selalu menolong kita!  Alkitab berkata, "tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumahNya; dan rumahNya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan."  (Ibrani 3:6).

     Rumah Allah adalah gereja dan kita sebagai kesatuan adalah gerejaNya.  Ketika tabir Bait Suci terbelah dari atas sampai bawah, tak ada lagi halangan bagi kita untuk masuk ke ruang Mahakudus melalui Yesus - Imam Besar Agung itu, seperti tertulis; "Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.  Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa."  (Ibrani 4:14-15).  Tuhan ada di dalam kita dan Ia pun turut merasakan kelemahan-kelemahan kita.  Jangan pernah takut!

"Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya."  Ibrani 4:16

Saturday, September 25, 2010

MENGHORMATI NAMA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 September 2010 -

Baca: Maleakhi 3:13-18

"Bicaramu kurang ajar tentang Aku, firman Tuhan."  Maleakhi 3:13a

Banyak orang beranggapan bahwa apa pun yang kita lakukan secara sembunyi-sembunyi, tidak diketahui Tuhan.  Namun Alkitab jelas menyatakan:  "...tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab."  (Ibrani 4:13).

     Dalam kitab Maleakhi ini ditunjukkan kepada kita bahwa Tuhan mendata secara detil semua cara yang dilakukan umatNya untuk menolak kasih yang telah Allah berikan, dengan ketidaktaatan mereka.  Manusia seringkali tidak menyadari akan pertolongan dan bimbingan Tuhan dalam hidupnya.  Mereka menganggap bahwa semua yang telah mereka capai selama ini adalah buah dari kerja kerasnya sendiri, tanpa embel-embel.  Namun, pada saat manusia mengalami kesulitan atau kegagalan, mereka mulai mengkambinghitamkan Tuhan dan menganggap bahwa Tuhan tidak peduli terhadap dirinya.  Bangsa Israel, yang adalah bangsa pilihan Tuhan dan umat kesayanganNya sendiri, justru menanggapi apa yang Tuhan telah berikan dan nyatakan sebagai kasihNya terhadap bangsa itu dengan meragukan kesungguhan hati Tuhan.  Ketika Tuhan meminta supaya bangsa itu kembali kepadaNya dan mau bertobat dari jalannya yang sesat dan kurang percaya itu, agar mereka kembali menerima apa yang baik dari Tuhan, mereka malah balik bertanya dan menantang Tuhan dengan berkata, "Dengan cara bagaimanakah kami harus kembali?"  (Maleakhi 3:7b).  Kita pun seringkali bersikap demikian, setengah hati dalam iman.  Tampaknya kita begitu mengasihi Tuhan dan melayani Dia, padahal sesungguhnya kita sedang mengasihi dan melayani diri sendiri atau ego kita.  Kita melakukan segala sesuatu bukan untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan, tetapi mencari nama dan hormat untuk diri kita sendiri.

     Saat ini Tuhan sedang mencari orang-orang yang menghormati namaNya (ayat 16) yaitu orang-orang yang takut akan Dia, bukan orang yang suka membantah kehendak Tuhan, orang-orang yang mau berbicara kepada yang lain tentang perbuatanNya yang besar.  Merekalah yang akan menjadi milik kesayangan Tuhan (ayat 17).

Apakah kita termasuk di dalamnya?  Ataukah kita seperti bangsa Israel yang tidak menghormati Tuhan?

Friday, September 24, 2010

KETEKUNAN: Kunci Mendapatkan Hasil

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 September 2010 -

Baca: Lukas 8:4-15

"Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."  Lukas 8:15

Suatu ketika seorang mahasiswa pertanian mencoba untuk mempraktekkan ilmu yang ia dapatkan.  Mulailah ia menanam biji tanaman buncis rambat di pekarangan rumahnya.  Dari hari ke sehari ia dengan tekun merawat dan memperhatikan tanaman buncis tersebut.  Saat kelelahan menerpa, dan sambil beristirahat, ia mengamat-amati biji yang ia tabur itu dengan seksama.  Dengan sedikit kecewa ia berguman dalam hati, mengapa biji buncis yang ia tanam belum juga menampakkan tanda adanya kehidupan.  Pikirnya, apa yang ia lakukan itu tidak sesuai dengan teori yang selama ini dipelajarinya.  Adalah manusiawi sekali bila kita akan merasa cepat lelah dan gampang putus asa dalam hal menanti suatu hasil.  Kita menghendaki segala sesuatunya serba cepat; sekarang menanam, kalau bisa besoknya dapat kita tuai hasilnya.

     Demikian juga di dalam menggantungkan harapan kepada Tuhan, seringkali kita mempertanyakan kebijaksanaan Tuhan dan beragumen dengan Dia, bahwa kita sudah melakukan apa yang baik, apa yang Tuhan mau; tetapi mengapa Tuhan seolah-olah tidak peduli?  Di saat itulah timbul rasa iri dalam diri kita:  apa bedanya orang yang benar dan orang fasik di hadapan Tuhan?  Ketahuilah bahwa Tuhan tidak mungkin dan tidak pernah menyesatkan umatNya, "dari segala yang baik, yang telah dijanjikanNya... tidak ada satupun yang tidak dipenuhi."  (1 Raja-Raja 8:56b).  Contoh:  akan halnya perjalanan bangsa Israel Tuhan tidak pernah gagal dalam setiap rencanaNya.  Dengan bergantung kepada Tuhan dalam setiap ketidakmampuan bangsa Israel, Tuhan senantiasa memberi kemampuan supaya mereka dapat masuk ke negeri perjanjian (Kanaan).  Oleh karena itu mari kita melakukan segala sesuatu untuk Tuhan dengan tulus dan penuh kesabaran.  Tuhan menanti kesungguhan iman kita.

     Perumpamaan bacaan di atas mengajarkan bagaimana benih firman Tuhan itu akan menghasilkan tuaian jika di tanam di tanah yang baik.  Namun, sebuah benih hanya akan memberi hasil jika tanah tempat di mana ia tabur itu mau menerimanya.  Jadi, yakinlah bahwa setiap firman yang keluar tidak akan kembali dengan sia-sia, artinya:  pasti menghasilkan.

"Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu."  Ibrani 10:36

Thursday, September 23, 2010

MILIKI HATI YANG MAU DIBENTUK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 September 2010 -

Baca: Yeremia 18:1-17

"Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya."  Yeremia 18:4

Sering kita menganggap bahwa seorang yang bekerja sebagai pemulung adalah pekerja yang rendahan dan kita pun memandangnya dengan sebelah mata.  Namun, tahukah Saudara bahwa pemulung mencari barang-barang yang masih bisa di daur ulang untuk menjadi barang yang dapat dipergunakan dan mempunyai nilai jual?

     Begitupun juga dengan kita.  Tuhan rela datang sebagai manusia untuk mengambil kita dari sampah dunia ini dan 'didaur ulang' menjadi sesuatu yang berharga.  Dengan darahNya yang kudus tiada bernoda cela, Yesus rela mati untuk menebus kita dari kutuk dosa, sebab firmanNya berkata,  "...Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju;  sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba"  (Yesaya 1:18).  Karya penebusan Tuhan tidak hanya datang melalui ucapanNya tapi melalui tindakan yang nyata, dan Dia sudah membayar harganya dengan begitu mahal, bahkan di batas akhir kekuatanNya.  Tertulis:  "...mulailah Ia merasa sedih dan gentar, Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya:  "Ya, BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."  (Matius 26:37b&39).  Begitu berat pergumulan Yesus menjelang penyalibanNya, hingga  "...peluhNya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah."  (Lukas 22:44b)

     Ibarat seorang pemulung, Yesus mengambil dan memilih sampah-sampah yang dapat didaur ulang.  Dia pun mengambil kita untuk mengembalikan gambar BapaNya yang sudah rusak oleh karena dosa kita.  Seperti bejana di tangan Sang penjunan, Dia memproses kita dan itu mungkin menyakitkan bagi daging kita.  Tetapi apabila bejana sudah jadi, maka sungguh akan berharga nilainya.  Yesus hanya butuh hati yang mau taat dan rela dibentuk untuk menjadi bejana yang indah di mataNya.  Memang tidak mudah untuk hidup taat melakukan kehendak Tuhan, karena semua itu berlawanan dengan keinginan daging kita!

Jika kita berjalan dalam pimpinan Roh Kudus, Dialah yang memberi kita kekuatan untuk melewati proses demi proses!

Wednesday, September 22, 2010

AIR HIDUP YANG MEMANCAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 September 2010 -

Baca: Yohanes 4:1-15

"...barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.  Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."  Yohanes 4:14

Ilmuwan menyatakan bahwa unsur terbesar di dalam tubuh manusia adalah air.  Begitu pula dengan alam semesta ini, air menjadi bagian terbesar.  Tanpa air semuanya akan mati!  Air mampu menghilangkan rasa dahaga.  Dengan air rasa haus akan hilang dan kita pun mengalami kelegaan.  Sebaliknya, jika kita kekurangan air maka tubuh kita akan mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan yang mengakibatkan seseorang menjadi lemas, mudah terserang penyakit, bahkan bisa kehilangan nyawanya.

     Suatu ketika saat melintasi daerah Samaria, letihlah Yesus, lalu Ia duduk di pinggir sebuah sumur dan bertemulah dengan seorang perempuan Samaria.  Kemudian berkatalah Yesus kepadanya, "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu:  Berilah Aku minum! niscanya engkau telah meminta kepadaNya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."  (ayat 10).  Air hidup adalah gambaran Roh Kudus yang Tuhan janjikan pada kita.  Kalau tubuh jasmani kita saja bisa lemas jikalau kekurangan air, maka roh yang ada di dalam diri ini pun bisa layu dan mati (secara rohani) apabila tidak disiram dengan 'air hidup'.  Ibarat tanaman yang tidak mendapat siraman air, tanaman itu lambat laun akan mati.  Roh Kudus sangat berperan aktif dalam seluruh aspek kehidupan rohani kita, karena Roh Kudus adalah Penolong dan Penghibur bagi kita (baca Yohanes 14:15-31).  Bersama Roh Kudus iman kita akan kuat meski harus mengalami berbagai macam pencobaan dalam hidup.  Roh Kudus juga yang memberikan damai di hati kala kita dalam kesesakan.  Dikatakan, "Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."  (Yohanes 4:14b).

     Orang-orang percaya masih bisa mengucap syukur meski berada di tengah tekanan hidup yang berat.  Jawabannya adalah karena ada Roh Kudus yang tinggal di dalam mereka, bahkan bukan hanya itu, mereka pun dapat menjadi saksiNya yang hidup sehingga semua orang dapat melihat pancaran air hidup itu dalam diri mereka.  Inilah rahasia kemenangan orang percaya!

Tuesday, September 21, 2010

MELATIH KESABARAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 September 2010 -

Baca: Amsal 16:1-33

"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota."   Amsal 26:32

Banyak orang berkata, "Aku cukup sabar menghadapi masalah ini.", namun ada juga yang berkata, "Kesabaranku ada batasnya."  Sejauh mana kita dapat mengerti arti kata sabar itu?  Saat dihadapkan pada situasi yang memancing emosi kita mejadi meledak, mampukah kita bersabar?  Ataukah kita langsung naik pitam dan memaki, mengumbar amarah kita?

     Kesabaran adalah salah satu buah roh yang harus kita miliki.  Memang tidak mudah bagi seseorang untuk menguasai dirinya dengan tetap bersabar, entah itu bersabar menghadapi suami yang kasar, atau anak-anak yang memberontak.  Terlebih lagi sabar dalam menantikan janji Tuhan dalam hidup kita.  Nabi Habakuk dalam penantiannya berkata, "Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh."  (Habakuk 2:3).  Menanti sesuatu yang kita harapkan terkadang menjenuhkan dan membutuhkan kesabaran, oleh sebab itu kita perlu melatih diri bagaimana menjadi orang yang sabar di segala situasi. Problem yang kita hadapi adalah salah satu ujian untuk melatih kesabaran kita.  Tidak jarang kita seringkali memakai logika dari pada memakai iman.  Kita masih saja mereka-reka sesuatu dengan jalan pikiran kita sendiri, hingga akhirnya mencari jalan pintas.  Contoh:  Saul mengalami ketakutan saat melihat tentara Filistin, lalu lari mencari pertolongan kepada arawah (baca 1 Samuel 28:4-7).

     Bukankah tidak sedikit orang Kristen yang demikian?  Tidak sabar menunggu pertolongan dari Tuhan, kita pun lari mencari pertolongan lain.  Padahal Alkitab menegaskan:  "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Tuhan  untuk mereka yang mengasihi Dia."  (1 Korintus 2:9).  Tuhan itu Mahasanggup untuk melakukan segala sesuatu di luar apa yang kita pikirkan.  Dan satu hal yang harus kita ketahui adalah bahwa di dalam kesabaran juga dibutuhkan hati yang mengasihi.

Jika kita tahu apa yang kita harapkan berharga bagi kita, tentulah kita mau bersabar menantikannya dan pastilah kita tidak akan mudah menyerah begitu saja.

Monday, September 20, 2010

TIDAK ADA ALASAN UNTUK SOMBONG

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 September 2010 -

Baca: Mazmur 103:1-22

"Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi."   Mazmur 103:15-16

Jika kita merenungkan besarnya kasih Tuhan dalam hidup kita, sungguh sebenarnya kita ini tidak layak untuk menerimanya karena besarnya dosa yang telah kita perbuat dan seringnya kita memberontak dari jalan-jalanNya.  Terlebih di saat kita sedang berjaya, sukses, segala sesuatu tersedia, seakan kita tidak butuh Tuhan sehingga kita pun sering lupa pada Si Sumber berkat tersebut.

     Sesungguhnya di mata Tuhan kita ini tidak ubahnya seperti rumput yang sebentar tampak hijau dan indah, namun sebentar lagi akan layu dan kering.  FirmanNya berkata, "Manusia sama seperti angin, hari-harinya seperti bayang-bayang yang lewat."  (Mazmur 144:4).  Kesuksesan dan kekayaan yang kita miliki di dunia ini hanyalah sementara, sebentar saja bisa lenyap.  Apa yang bisa kita banggakan?  Siapakah kita ini sehingga harus bermegah dalam kekuatan, kepandaian, dan kekayaan kita?  Tuhan Yesus berkata, "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.  Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa"  (Yohanes 15:5).  Jadi, kita ini hanyalah ranting-ranting yang sangat bergantung pada pokok anggur.  Ranting tidak dapat berbuah jika tidak tinggal pada pokok anggur itu.  Oleh karenanya tidak patut bagi kita untuk menyombongkan diri dengan prestasi yang kita raih, harta yang berlimpah, gelar yang kita miliki, sebab semuanya tidak berarti apa-apa di pemandangan Tuhan, sebab "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati."  (1 Samuel 16:7b).  Hati yang tulus adalah tempat yang tepat untuk Roh Kudus tinggal, sebab dari situlah terpancar kehidupan.  Jika kita dapat menjaga hati untuk tetap taat dan setia pada perintahNya, kita akan merasakan betapa tidak berartinya hidup ini tanpa Tuhan.

     Kita harus sadar bahwa hidup kita ini sangat ditentukan oleh perkataan dan kuasa Tuhan semata;  Dia yang meninggikan dan merendahkan juga.  Jadi, di luar Dia, kita tidak bisa berbuat apa-apa.

Karena itu jangan sekali-kali kita menyombongkan diri!

Sunday, September 19, 2010

MENJAGA KEMURNIAN HATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 September 2010 -

Baca: Amsal 4:1-27

"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan."  Amsal 4:23

Hati adalah pusat dari setiap hal yang kita rasakan, karena dari hati kita bisa merasakan suka dan duka, serta dari hati pula bisa timbul segala niat jahat.  Inilah yang dialami Kain.  Melihat korban persembahan Habel diterima oleh Tuhan, "...hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram."  (Kejadian 4:5b).  Sebelum kejahatan itu dilakukan, sesungguhnya Tuhan selalu mengingatkan kita untuk menjaga hati dari segala amarah, dendam, iri hati dan hal-hal jahat lainnya, agar kita tidak jatuh dalam dosa. Namun manusia seringkali menuruti hawa nafsunya dan tidak peduli dengan resiko yang akan dihadapinya.  FirmanNya menasihatkan, "Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan."  (Amsal 4:27).  Ada akibat yang sangat mengerikan bila kita tetap hidup di dalam dosa, "Sebab upah dosa ialah maut;"  (Roma 6:23a)

     Bagaimana kita bisa menjaga hati agar tetap kudus dan benar di hadapan Tuhan?  Ketahuilah bahwa tidak ada yang bisa mengubah karakter manusia selain Tuhan dan dorongan dari diri kita sendiri untuk mau dibentuk sesuai kehendak Tuhan.  Hanya dengan pimpinan Roh Kuduslah kita dimampukan untuk tetap berdiri di atas kebenaran.  Oleh karena itu bukalah hati dan undanglah Roh Kudus untuk menjadi 'Tuan' dalam kehidupan kita.  Sebagai orang percaya kita harus mau dipimpin oleh Roh Kudus dalam langkah hidup kita agar kita tidak mudah jatuh dalam pencobaan, seperti tertulis: "...hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging."  (Galatia 5:16). 

     Merenungkan FirmanNya dan taat melakukannya adalah langkah awal penyerahan hati untuk dibentuk menjadi emas yang murni.  Kita tidak akan tahu kemurnian hati kita kalau apa yang ada di dalam hati kita ini tidak diproses dan ditempa terlebih dulu.  Tekanan itu mungkin datang dari hal-hal yang sebenarnya sepele, tapi tidak tahukah bahwa kita seringkali jatuh justru hanya karena kita tidak waspada dengan kerikil-kerikil kecil yang ada di depan kita.  Tekanan itu mungkin menyakitkan, tapi itu adalah proses di mana Tuhan sedang membentuk dan memurnikan hati kita.  Saat pemurnian ini bisakah kita berkata seperti Ayub, "...Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas."?  (Ayub 23:10).

Tuhan sangat mengasihi orang Kristen yang hatinya bersih!

Saturday, September 18, 2010

LIBATKAN TUHAN DALAM SETIAP RENCANAMU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 September 2010 -

Baca: Amsal 19:1-29

"Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana."  Amsal 19:21

Sebelum kita melakukan segala sesuatu selalu ada seribu satu rencana dalam benak atau pikiran kita.  Langkah demi langkah kita atur begitu rupa agar hasil yang kita capai bisa maksimal dan tidak mengecewakan.  Untuk itulah setiap orang pasti membuat suatu rancangan terlebih dahulu sebelum ia mengambil keputusan, karena keputusan yang benar akan menentukan berhasil atau tidaknya mencapai target yang diharapkan.

     Namun perlu kita ketahui, seperti dikatakan dalam ayat nas di atas, "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana."  Manusia boleh merancang segala sesuatu menurut keinginannya, namun kita harus selalu melibatkan Tuhan dalam setiap rencana kita karena apa yang kita rencanakan belum tentu sesuai dengan keinginan Tuhan, bisa jadi justru bertoalak belakang dengan apa yang Tuhan mau, sebab firmanNya berkata, "...rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanalah jalanKu,..."  (Yesaya 55:8).

     Bagaimana caranya supaya kita dapat mengerti rencana Tuhan dalam hidup kita, serta menyelaraskan rancangan kita dengan kehendak Tuhan?  Di dalam segala sesuatu kita harus bertanya pada Tuhan.  Dengan mendekatkan diri kepadaNya serta merenungkan firmanNya, Tuhan akan menunjukkan jalan yang terbaik bagi kita.  Namun tanpa sadar kita seringkali lebih menuruti jalan pikiran kita sendiri daripada menurut kehendak Tuhan;  kita merasa diri sudah mampu.  Namun jika pada akhirnya kita mengalami kegagalan, kita complain kepada Tuhan dan menyalahkanNya.  Tidak mengikutsertakan Tuhan dalam setiap rencana adalah awal kejatuhan seseorang karena hal itu menunjukkan bahwa dia merasa tidak memerlukan Tuhan.  Sebaliknya, bagi orang yang selalu mengandalkan Tuhan,  "Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan tidak berhenti menghasilkan buah."  (Yeremia 17:8).

Keberhasilan seseorang sangat ditentukan bagaimana ia memiliki penyerahan diri kepada Tuhan dan tunduk pada kehendakNya, karena rancanganNya selalu yang terbaik!

Friday, September 17, 2010

PERSIAPAN MENANTI JANJI TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 September 2010 -

Baca: Roma 8:18-30

"Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun."  Roma 8:25

Ketekunan seseorang bisa dibuktikan dalam proses di mana orang tersebut mampu melewati setiap masalah dalam hidupnya dan tampil sebagai pemenang.  Ketekunan itu artinya sejak awal kita percaya kepada Tuhan dengan segala firmanNya, dan sampai akhir pun kita tetap percaya kepadaNya dan firmanNya, meskipun di tengah-tengah perjalanan hidup terjadi gelombang dan badai masalah yang begitu berat yang berusaha menenggelamkan pengharapan dan iman percaya kita, namun kita tetap bertahan.  Itulah ketekunan!

     Memang, seringkali Tuhan membawa kita kepada situasi yang membuat kita tidak mengerti, tetapi maksudNya adalah untuk menguji ketekunan dan ketaatan kita.  Abraham adalah contoh.  Setelah mendapat janji Tuhan ia tidak langsung menerima apa yang dijanjikan, tetapi masih harus diuji ketekunannya dalam ketaatan dan kepercayaannya.  Tidak banyak orang mampu bertahan dalam ketekunan sampai mendapatkan yang diharapkan, karena ketekunan membutuhkan kesabaran.  Sebelum Tuhan Yesus terangkat ke Sorga Dia berpesan kepada murid-muridNya untuk tidak meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tetap tinggal di situ menantikan janji Bapa yaitu Roh Kudus (baca Kisah 1:4-5).  Yerusalem adalah gambaran iman kita.  Janganlah meninggalkan iman percaya kita hanya karena tawaran dunia yang menawarkan segala sesuatu secara instan, yang tanpa kita sadari ujungnya menuju maut.  Sebaliknya, kita harus tetap tinggal menantikan Dia.

     Acapkali kita berpikir bahwa masalah yang terjadi adalah seperti 'Goliat' yang mustahil untuk dikalahkan.  Daud, seorang anak muda (baca 1 Samuel 17:42), tidak terlatih dalam hal militer, mampu mengalahkan Goliat.  Kok bisa?  Ingat!  Daud memiliki persiapan yang baik sedari muda dengan menjadi gembala domba.  "Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya.  Kemudian apabila ia beridiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya."  (1 Samuel 17:34b-35).  Dalam persiapan itu Daud senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala hal.

Janji Tuhan tidak pernah gagal, karena itu tetaplah bertekun menantikannya!

Thursday, September 16, 2010

PEKA SUARA ROH KUDUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 September 2010 -

Baca: Yohanes 14:15-26

"tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu."   Yohanes 14:26

Setiap kita pasti pernah merasakan ada suara yang berbisik dan mengingatkan di hati kecil kita di saat hendak melakukan dosa, "Jangan lakukan, itu dosa!".  Namun daging ini sekan memaksa kita untuk tetap melakukan dosa itu, sehingga ada suatu pergumulan yang bertolak belakang.  Di satu sisi kita tahu bahwa yang kita lakukan itu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, di lain sisi ada dorongan yang begitu kuat, "Lakukan saja tiadak apa-apa, pasti Tuhan akan mengampuni dosamu".

     Alkitab menyatakan:  "...roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).  Maka sadarlah dan waspadalah!  Berjaga-jagalah!  Karena "...Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."  (1 Petrus 5:8).  Sedikit saja kita lengah dan membuka celah, Iblis tidak akan tinggal diam, dia jauh lebih waspada untuk mencarai mangsa.  Cara Iblis begitu cerdik dan licik karena dia adalah serigala bebulu domba, begitu manis dan menarik 'kulit luar'nya sehingga tanpa disadari banyak anak Tuhan yang jatuh dalam bujuk rayunya.

     Tuhan sangat tahu kelemahan kita, oleh karenanya Dia memberikan seorang Penolong yang lain yaitu Roh Kudus untuk memimpin kita pada setiap kebenaran (baca Yohanes 14:16-17).  Roh Kudus yang ada di dalam kita selalu mengingatkan untuk hidup taat pada kehendak Tuhan.  Namun tidak banyak dari kita yang peka akan suaraNya, sehingga kita lebih memilih untuk menuruti keinginan daging yang menyesatkan daripada menuruti keinginan Roh itu sendiri.  Jangan terpedaya dengan tipuan Iblis yang selalu berkata, "Berbuat dosa tidak apa-apa, Tuhan kan penuh kasih, Dia pasti mengampuni".  Jangan sesat!  Selalu ada sebab dan akibat.  Segala sesuatu yang kita perbuat (tabur) pada saatnya akan kita tuai, entah itu baik atau buruk.  Tetapi yang jelas "...upah dosa adalah maut;"  (Roma 6:23a).  Selagi Roh Kudus itu tinggal dan setia mengingatkan kita, jangan keraskan hati!  Belajarlah taat menurut pimpinanNya (baca Galatia 5:16).

Bila kita taat, secara tidak langsung kita sedang melatih diri untuk memiliki kepekaan akan suaraNya.

Wednesday, September 15, 2010

WARISAN BAGI KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 September 2010 -

Baca: Efesus 1:3-14

"Aku katakan 'di dalam Kristus', karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan - kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendaknya - "  Efesus 1:11

Siapa pun orangnya di dunia ini pasti tidak akan pernah menolak bila diberi waisan, apalagi warisan itu dari Tuhan.  Alkitab menegaskan bahwa setiap orang percaya di dalam Kristus akan mendapat bagian yang dijanjikan Tuhan.

     Hal itu juga disampaikan oleh Petrus, bahwa melalui kelahiran baru kita akan mendapat bagian kita, seperti dikatakan, "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmatNya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu."  (1 Petrus 1:3-4).  Selanjutnya Petrus memberikan semangat kepada kita bahwa ada suatu keyakinan, yaitu Allah turut bekerja mewujudkan apa yang dijanjikanNya kepada kita melalui iman kita:  "Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir."  (1 Petrus 1:5).  Inilah jalan keselamatan yang telah ditentukan Allah bagi kita.

     Kita boleh saja berjalan dan memilih jalan sendiri, namun jalan itu pasti penuh dengan ketidakpastian karena tak ada jaminan apa-apa melainkan hampa tanpa janji keselamatan bagi yang tersesat.  Dunia tak dapat menawarkan keselamatan, hanya Yesus sang Juruselamat yang menyediakan jalan keselamatan sempurna, lengkap dan memuaskan.  Tuhan yang penuh kasih juga berjanji menuntun tangan kita dan berjalan menyertai kita:  "Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh;  Aku hendak memberi nasihat, mataKu tertuju kepadamu."  (Mazmur 32:8).  Dia akan menunjukkan kepada kita jalan memperoleh hidup kekal dan akan memberikan kita hidup kekal itu.  Percayalah!  Dia Allah yang memegang teguh setiap janjiNya.

Menjelang kedatanganNya yang teramat dekat, mari persiapkan diri sebaik mungkin agar bila Dia datang kita tidak kedapatan bercacat cela, sehingga warisan hidup kekal itu menjadi bagian kita!

Tuesday, September 14, 2010

TERLUKA KARENA TERTOLAK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 September 2010 -

Baca: 2 Samuel 16:15-23

"Maka dibentangkanlah kemah bagi Absalom di atas sotoh, lalu Absalom menghampiri gundik-gundik ayahnya di depan mata seluruh Israel."   2 Samuel 16:22

Absalom adalah salah satu anak Daud.  Ia memiliki perawakan nyaris sempurna.  Sebagai anak raja, masa kecil Absalom berlimpah kasih sayang dan segala kenyamanan.  Ia juga menjadi kebanggaan Daud.  Namun semuanya berubah ketika terjadi suatu tragedi di keluarga istana.  Absalom membunuh saudara tirinya, Amnon, karena telah memperkosa Tamar, adik kandungnya.  Karena kejadian itu hati Daud (ayahnya) menjadi sangat murka.  Lalu, Absalom "...melarikan diri dan telah pergi ke Gesur; ia tinggal di sana tiga tahun lamanya."  (2 Samuel 13:38).  Di kemudian hari dengan bantuan Yoab, Absalom dapat bertemu lagi dengan Daud.  Kemarahan Daud telah reda, dan Absalom menerima pengampunan dari ayahnya.

     Seiring berjalannya waktu, meski telah dimaafkan dan diampuni kesalahannya oleh ayahnya, ternyata Absalom masih menyimpan dendam dan sakit hati.  Ia memberontak, bahkan berusaha untuk membunuh ayahnya.  Absalom memberontak bukan karena ia tidak dimaafkan oleh Daud, tetapi di dalam lubuk hatinya tergores luka yang begitu dalam.  Sekian lama hidup terpisah dari ayahnya pastilah ia kehilangan banyak hal:  perhatian, kasih sayang, fasilitas dan yang terutama adalah keintiman.  Sesungguhnya Absalom sangat mendambakan kasih dan penerimaan terhadap dirinya seperti di masa-masa sebelumnya.  Sayang, semuanya sudah berlalu, ia tidak pernah bisa mendapatkannya lagi.  Absalom merasa dirinya ditolak;  hatinya terluka.  Sejak saat itu Absalom merasa tidak dicintai lagi.  Iblis memanfaatkan celah dalam diri Absalom dan mengambil kesempatan emas ini.  Iblis mendorongnya untuk melakukan pemberontakan dan kejahatan yang keji.  Ia pun berusaha membunuh Daud dan meniduri gundik-gundik ayahnya di depan banyak orang seperti tertulis:  "Maka dibentangkanlah kemah bagi Absalom di atas sotoh, lalu Absalom menghampiri gundik-gundik ayahnya di depan mata seluruh Israel."
    
     Rasa tertolak dan kehausan akan penerimaan dan kasih yang tidak terpenuhi ternyata dapat melahirkan rasa benci dan dendam.  Apa yang dilakukan Absalom itu lahir dari perasaan tidak dicintai dan kehausan akan penerimaan dan pengakuan.

Gambar diri yang rusak serta kegagalan menerima diri sendiri menjadi senjata ampuh Iblis untuk menghancurkan seseorang.

Monday, September 13, 2010

KASIH: Hukum yang Terutama dan Pertama

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 September 2010 -

Baca: Matius 22:34-40

“Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”  Matius 22:40

Kekristenan dan kasih tak terpisahkan dan menjadi satu kesatuan. Tidak ada kekristenan tanpa kasih; kasih itu juga harus menjadi bagian kehidupan orang Kristen. Jika ada orang Kristen yang tidak punya kasih, sia-sialah kekristenannya.

     Mengapa kasih sangat penting bagi kita sebagai orang percaya? Karena kasih itu adalah suatu perintah yang harus kita taati, bukan suatu himbauan atau sekedar saran. Tuhan Yesus menegaskan, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.” (ayat 37, 38). Kata kasihilah menunjuk pada suatu perintah. Karena ini suatu perintah, kita harus menaatinya. Melanggarnya sama dengan berbuat dosa. Jadi, kasih adalah pilihan hidup yang harus kita ambil Seringkali kita mengasihi seseorang hanya apabila orang itu juga mengasihi atau memberi keuntungan kepada kita. Sebaliknya, orang yang tidak mengasihi atau memberi kontribusi positif pada kita tidak kita anggap sebagai orang yang perlu dikasihi.

     Seringkali bukan kasih yang meninggalkan kita, tetapi kitalah yang meninggalkan kasih itu. Bukti kalau ada kasih di dalam kita adalah kalau kita mengasihi Tuhan dan juga sesama. Kalau kita berkata bahwa kita mengasihi Tuhan tetapi bukti mengasihi orang lain itu tidak ada, berarti kita belum sampai kepada kasih kepada Tuhan. Ada berkat yang Tuhan sediakan bagi orang yang sungguh-sungguh mengasihi Dia dan juga sesama. FirmanNya berkata, “Jika kamu dengan sungguh-sungguh mendengarkan perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, sehingga kamu mengasihi Tuhan, Allahmu, dan beribadah kepadaNya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, maka Ia akan memberikan hujan untuk tanahmu pada masanya, hujan awal dan hujan akhir, sehingga engkau dapat mengumpulkan gandummu, anggurmu dan minyakmu, dan dia akan memberi rumput di padangmu untuk hewanmu, sehingga engkau dapat makan dan menjadi kenyang.” (Ulangan 11:13-15). Jadi, setiap orang yang berlabel Kristen harus punya kasih

“...barangsiapa menuruti firmanNya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah;” (1 Yohanes 2:5a) dan “...ia harus juga mengasihi saudaranya.” (1 Yohanes 4:21b).

Sunday, September 12, 2010

KEHILANGAN SESUATU YANG BERHARGA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 September 2010 -

Baca: Rut 1:1-22

“Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku.”  Rut 1:20

Ketika di tanah Israel terjadilah kelaparan hebat, Naomi dan keluarganya memutuskan meninggalkan Betlehem dan menetap di Moab sebagai orang asing. Namun tragis, selang beberapa waktu tinggal di Moab bukan keberuntungan yang ia peroleh, tapi justru kepedihan mendalam yang harus ia rasakan. Naomi harus kehilangan orang-orang yang ia cintai, suami dan kedua anak laki-lakinya mati. Dalam luka hatinya Naomi memutuskan kembali ke Betlehem.

     Kehilangan seseorang yang kita cintai atau sesuatu yang sangat berharga dalam hidup kita sungguh menyakitkan. Namun bila kita larut dalam kepedihan dan meratapi kehilangan itu terus menerus, kita dapat kehilangan berkat yang Tuhan sediakan bagi kita. Rasa kehilangan akan membuat kita tidak pernah melangkah maju karena kita dilumpuhkan oleh rasa kesedihan atas kehilangan itu. Jadi kita harus bisa melupakan rasa kehilangan itu dengan mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan. Adakalanya Tuhan mengijinkan seseorang kehilangan karena Dia sedang membawa kita ke dalam rencanaNya.

     Allah juga merasakan pengalaman kehilangan ketika manusia jatuh dalam dosa, di mana persekutuan roh antara Adam dan Allah langsung terputus. Manusia terpisah dari Allah sehingga Allah berjalan memanggil-manggil Adam, “Di manakah engkau?” (Kejadian 3:9). Ini menunjukkan Allah sangat kehilangan manusia; manusia berbuat dosa dan memberontak. Sesugguhnya hati Tuhan menjadi sangat pilu karena Dia akan ‘kehilangan’, karena manusia akan binasa oleh dosa. “Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatiNya.” (Kejadian 6:5-6).

Ketika menjadi manusia Yesus juga harus kehilangan segala yang dimilikiNya di sorga: kehormatan, kekayaan dan kemuliaanNya. Dia rela melepaskan atribut ke-Allah-anNya untuk taat kepada Bapa demi menebus dosa umat manusia. Satu hal yang menjadi kekuatan Yesus adalah Dia senantiasa hidup dalam persekutuan dengan BapaNya.

Jadi, Yesus tahu dan merasakan arti kehilangan karena Dia juga turut merasakan kelemahan-kelemahan kita (baca Ibrani 4:15).

Saturday, September 11, 2010

JADILAH ORANG BERHIKMAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 September 2010 -

Baca: Amsal 9:1-18

“Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.” Amsal 9:10

Ayat di atas menyatakan, setiap orang yang memiliki hati takut akan Tuhan akan mendapatkan hikmat. Jadi kunci memiliki hikmat adalah ketaatan kita melakukan perintah-perintah Tuhan.

     Pandangan orang dunia berbeda. Sebagian besar berpendapat bahwa orang yang memiliki hikmat adalah orang yang memiliki title (gelar) tinggi atau telah menyelesaikan pendidikan sampai tingkat yang tertinggi, apalagi yang lulus dari luar negeri. Orang yang berpendidikan tinggi belum tentu memiliki hikmat, yang ia miliki adalah ilmu pengetahuan dan keahlian. Alkitab menegaskan bahwa hikmat itu sendiri hanya dapat diperoleh apabila kita takut akan Tuhan: “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas.” (Amsal 3:13-14). Hikmat yang dimaksud adalah wahyu dari Tuhan. Orang dunia tentunya tidak pernah memikirkan tentang wahyu Tuhan ini.

     Sebagai orang percaya, di dalam diri kita ada Roh Kudus, dan “...Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu...” (baca Yohanes 14:26). Sayang, seringkali kita mengingini hikmat dari Tuhan namun kita tidak hidup dalam ketaatan sehingga Roh Kudus undur dari kita, padahal Roh Kuduslah yang memberikan hikmat. Bukan berarti kita tidak perlu sekolah tinggi atau menggunakan akal pikiran kita, tetapi yang lebih utama adalah kita harus selalu mengandalkan hikmat dari Tuhan, jangan hanya membanggakan kepandaian dan keahlian kita saja sebab di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Daud, dalam keluarga kurang dianggap dan diremehkan. Ia pun hanya sebagai gembala domba. Daud mengakui, “aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekatMu. Dengan nasihatMu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.” (Mazmur 73:22, 24). Sedangkan kakak-kakaknya dinilai lebih punya potensi, pintar dan berpostur ideal di pemandangan manusia. Tapi Daud mempunyai nilai lebih yaitu senantiasa takut akan Tuhan dan karib denganNya sehingga kuasa Roh Allah yang dahsyat bekerja dalam diri Daud, menjadikan dirinya sebagai pribadi yang luar biasa dan istimewa. Alhasil, ketika Goliat bertekuk lutut, pada saat yang tepat Daud pun menjadi raja atas Israel.

Tiada yang mustahil bagi Tuhan!

Friday, September 10, 2010

BARTIMEUS: Sembuh Karena Iman

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 September 2010 -

Baca: Markus 10:46-52

“ ‘Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?’ Jawab orang buta itu: ‘Rabuni, supaya aku dapat melihat!’ “  Markus 10:51

Bartimeus adalah orang yang buta dan tidak berdaya. Namun meski memiliki keterbatasan fisik ia tidak putus asa atau mengasihani diri sendiri. Dengan mata rohaninya ia dapat melihat kebesaran dan kuasa Tuhan. Pengharapan yang ia tujukan kepada Yesus adalah kunci utama yang membangkitkan imannya meski orang-orang di sekitarnya meremehkan dan menuding bahwa dia tidak akan bisa disembuhkan. Bartimeus tidak terkecil hati atau menyerah pada keadaan. Iman adalah melihat apa yang tidak terlihat, dan ini membutuhkan perjuangan.

     Ketika mendengar Yesus sedang lewat, dengan segenap kekuatan ia berseru, “ ‘Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!’ “ (ayat 47-48). Bartimeus tahu bahwa inilah saat dan kesempatan baginya bertemu dengan Yesus, karena itu ia terus berteriak memanggil-manggil Yesus di tengah keramaian. Akhirnya teriakannya itu menggetarkan hati Yesus untuk bereaksi; Yesus memalingkan wajahnya ke arah Bartimeus yang sedang bertindak dengan imannya itu. Lalu kata Yesus kepadanya, “ ‘Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!’ Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalananNya.” (ayat 52).

     Mungkin saat ini dokter sudah memvonis umur kita tidak panjang lagi akibat penyakit yang kita derita, atau orang memprediksi usaha kita akan hancur, atau keluargamu nampak tidak mungkin dipulihkan. Kita akan semakin tidak berdaya bila kita terlalu memberi tempat pada masalah itu dan terpengaruh oleh situasi yang ada. Mari kita ubah cara berpikir kita! Berilah tempat untuk Tuhan, sumber segala mujizat itu. Berkatalah dengan iman, “Tuhan, aku percaya Engkau sanggup menyembuhkanku. Manusia sangat terbatas, tetapi aku memiliki Engkau yang sungguh tidak terbatas. Tidak ada yang mustahil bagiMu.” Camkan ayat ini:  "Sebab Tuhan maha besar dan terpuji sangat, Ia lebih dahsyat dari pada segala allah." (Mazmur 96:4).

     Kalau kita memandang Dia sebagai orang yang Mahabesar, maka apa pun masalah kita tidak berarti apa-apa di hadapanNya. Bartimeus mengalami lawatan Tuhan karena ia memiliki pola pikir yang berbeda dengan orang lain.

Perjumpaan dengan Yesus telah mengubah hidup Bartimeus; ia dipulihkan dan disembuhkan!

Thursday, September 9, 2010

MENGUSIR SI IBLIS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 September 2010 -

Baca: Yakobus 4:1-10

“...tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!”  Yakobus 4:7

Kejahatan-kejahatan yang terjadi di dunia ini disebabkan oleh pengaruh atau pekerjaan kuasa kegelapan dan roh-roh Iblis. Dikatakan: “...Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan setan-setan”  (1 Timotius 4:1).

     Karena tahu bahwa waktu penghukumannya sudah semakin dekat, roh penyesat atau Iblis semakin menggebu-gebu, mereka (Iblis) kerja lembur demi memenangkan jiwa juga. Dalam situasi seperti ini kita harus selalu waspada, berjaga-jaga dan berdoa lebih intens lagi. Karena itu, Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."  (Ibrani 10:25).  Semakin roh kita dekat kepada Tuhan semakin beroleh kekuatan karena Roh Kudus menguatkan kita. Sebelum Iblis dapat mendekati kita, usirlah dan lawanlah dia dalam melakukan untuk kita. Tuhan Yesus tak pernah menolong kita untuk mengusir Iblis; kita harus mengusir sendiri. Alkitab mengajarkan kita: “...tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!”

     Mengapa Tuhan Yesus tak mengusir Iblis untuk kita? Sebab Dia sudah memberi kita kuasa untuk melakukan segala perkara di dalam namaNya. Juga kuasa untuk mengusir setan dalam namaNya (baca Markus 16:17). Tetapi jika kita mengusir setan dengan ragu-ragu atau bimbang, dengan sendirinya Iblis tak akan lari, bahkan dia akan mengejek kita. Rasul Paulus memberitahukan bagaimana cara berperang atau mengalahkan musuh kita (si Iblis):  “dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopang keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah,” (Efesus 6:16-17). Ditambahkan oleh Paulus bahwa kita juga harus beroda “...setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus,” (Efesus 6:18). Kita diajarkan berdoa juga untuk orang lain, terlebih bagi para hamba Tuhan. Mereka perlu kita doakan karena mereka adalah incaran utama Iblis.

Dalam nama Yesus kita pasti menang melawan kuasa Iblis!

Wednesday, September 8, 2010

CARA TUHAN SELALU AJAIB

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 September 2010 -

Baca: 2 Raja-Raja 3:1-20

"Beginilah firman Tuhan:  Biarlah di lembah ini dibuat parit-parit,"  2 Raja-Raja 3:16

Berkat dan pertolongan Tuhan seringkali datang justru pada saat harapan sepertinya tidak ada lagi dan secara logika manusia mengatakan itu sudah tak mungkin.  Kesembuhan sering terjadi justru pada saat semua dokter mengangkat tangan dan mengatakan bahwa sakitnya sudah tidak dapat disembuhkan, apa pun caranya.

     Mujizat Tuhan inilah yang sering membuat orang terpesona akan kebesaran dan keajaiban Tuhan.  Kalau dokter berkata bahwa penyakit itu masih bisa disembuhkan, apa istimewanya kesembuhan yang dilakukan Tuhan?  Sudah pasti jalan Tuhan selalu heran dan ajaib.  Dia punya banyak cara untuk menolong umatNya, tidak pernah terlambat dan tidak pernah terlalu cepat.  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,..."  (Pengkotbah 3:11).  Tuhan berfirman:  "Kamu tidak akan mendapatkan angin dan hujan, namun lembah ini akan penuh dengan air sehingga kamu serta ternak sembelihan dan hewan pengangkut dapat minum.  Dan itupun adalah perkara yang ringan di mata Tuhan:  juga orang Moab dan diserahkanNya ke dalam tanganmu."  (2 Raja-Raja 3:17:18).

     Bangsa Israel mendapat berkat ganda yang tak terduga yaitu air dan kemenangan atas orang Moab.  Pada saat tidak ada angin dan hujan, melalui nabi Elisa, Tuhan justru memerintahkan mereka untuk membuat parit-parit.  Secara manusia, hal itu tidak make sense.  Namun andaikata mereka tidak taat pada perintah Tuhan yang diucapkan melalui Elisa, dan tidak menggali parit-parit, binasalah mereka:  kalah di tangan bangsa Moab dan semua ternaknya akan mati karena kehausan.  Di sini terkandung satu rahasia Ilahi yang besar, yaitu berkat Tuhan dan pertolonganNya tidak akan turun jika tak ada ketaatan dan iman yang disertai dengan perbuatan.  Sekalipun Tuhan berkata, "Aku akan memberkati engkau", tapi jika yang akan diberkati berpikir, "Tak mungkin aku mendapat berkat, darimana berkat bisa datang?  Tokoku sepi terus, usahaku hanya kecil begini, mana mungkin?", maka berkat Tuhan itu pun tak akan turun, sebab orang itu sendirilah yang menyumbat parit-paritnya, sehingga hujan tak tercurah.

     Berkat dan pertolongan Tuhan datang secara ajaib, tak perlu kita reka-reka atau pikirkan caraNya.  Cukup percaya dan beriman saja!  Walaupun tak ada angin dan tak ada mendung Tuhan sanggup mencurahkan hujan lebat memenuhi semua parit kita sampai berlimpah.  Kuncinya adalah taat saja.

Tuesday, September 7, 2010

DI DALAM KRISTUS SELALU ADA "YA"

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 September 2010 -

Baca: 2 Korintus 1:12-24

"...bukanlah 'ya' dan 'tidak', tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada 'ya'."  2 Korintus 1:19b

Yesus tidak pernah memperkatakan hal-hal yang negatif meski berada di tengah-tengah situasi yang sulit.  Ia berkata bahwa dengan pikiran dan perkataan yang positif kita dapat mengalahkan gunung-gunung persoalan, gunung-gunung penyakit dan sebagainya.  Tetapi sekalipun kita mencoba berdoa atau mengusir segala kuasa Iblis yang menyebabkan orang menderita, namun jika masih ada pikiran negatif di dalam diri kita, semuanya tidak akan berhasil.

     Sering orang berkata, "Janji-janji Tuhan itu bohong, buktinya aku tak pernah menikmatinya."  Maka, terjadilah sesuai dengan apa yang mereka katakan seperti tertulis:  "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia."  (Amsal 23:7a).  Tuhan Yesus menegaskan, "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu."  (Lukas 21:33).  Dan Allah berkata, "demikianlah firmanKu yang keluar dari mulutKu:  ia tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya."  (Yesaya 55:11).  Perhatikan pula!  "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga ia menyesal.  Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"  (Bilagan 23:29).

     Mengapa banyak orang Kristen tak mengalami kuasa firmanNya ini?  Kita tak dapat menikmati janji firmanNya karena dalam pikiran dan hati kita ada ya dan tidak.  Kata ya dan tidak sama sekali tak dapat digabungkan, sama seperti gelap dan terang tak dapat dipertemukan.  Karena itu, pikiran dan hati kita harus beres terlebih dahulu sebelum kita menyatakan semua permohonan kepada Tuhan.  Rasa bimbang adalah salah satu faktor utama ketidakberesan hati di hadapan Tuhan. Jangan sampai kebimbangan itu melebihi pengharapan kita akan kuasa Tuhan dan menjadi batu sandungan bagi iman ketika kita berdoa kepada Tuhan.  Kita harus percaya sepenuhnya bahwa Tuhan sanggup menolong kita.  Tuhan Yesus berkata, "Percayalah kepada Allah!  Aku berkata kepadamu:  Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini:  Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut!  asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya."  (Markus 11:22-23).

Bila ingin kuasa Tuhan bekerja dalam hidup kita, buanglah segala kebimbangan ada keraguan.

Monday, September 6, 2010

SAAT KITA LEMAH TAK BERDAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 September 2010 -

Baca: Matius 4:1-11

"Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus." 
Matius 4:2

Iblis tahu benar bahwa setelah berpuasa selama empat puluh hari empat puluh malam Yesus pasti merasa lapar.  Iblis berpikir inilah saat yang tepat untuk mencobai dan menjatuhkan Yesus.  "Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepadaNya:  'Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu itu menjadi roti.' "  (ayat 3).

     Yesus tidak emosi dengan membuktikan bahwa Ia adalah Anak Allah sehingga langsung mengubah batu menadi roti.  Walaupun perutNya lapar, Yesus sadar betul dengan tidak menuruti permintaan Iblis untuk mengubah batu menadi roti.  Tak perlu Ia membuktikan kuasanya mengubah batu menadi roti untuk dapat disebut Anak Allah.  Dia memang Anak Allah dan Dia tidak perlu mendemonstrasikan hal itu kepada Iblis, karena Iblis sendiri sudah tahu bahwa Yesus itu Anak Allah.  Maka Yesus menjawab, "Ada tertulis:  Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."  (ayat 4).

     Banyak orang diserang dan dicobai Iblis pada waktu mereka sedang sakit atau dalam keadaan lemah tak berdaya, di kala sedang mengalami krisis ekonomi, membutuhkan uang, atau keluarga butuh biaya untuk pengobatan.  Secepat kilat Iblis pun akan datang bak malaikat menawarkan pertolongan, seperti katanya keapda Yesus,  "Dan Iblis membawaNya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepadaNya semua kerjaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepadaNya: 'Semua itu akan kuberikan kepadaMu, jika Engkau sujud menyembah aku.'  Maka berkatalah Yesus kepadanya: 'Enyahlah, Iblis!  Sebab ada tertulis:  Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!' " (ayat 8:10).

     Apabila Iblis berbisik atau teman mengajak kita untuk mencari pertolongan kepada kuasa gelap, dukun, paranormal dan sebagainya, janganlah takut untuk menolaknya!  Pertolongan atau kekayaan yang diberikan Iblis hanyalah semu belaka, bahkan dapat menjerumuskan jiwa kita ke dalam kebinasaan kekal.  Sebagai orang percaya, pertolongan kita hanya datang dari Tuhan, bukan dari yang lain.  Gunakan firman Tuhan untuk mengusir Iblis, maka ia akan lari.

Jika kita menggunakan firman Tuhan untuk mengusir Iblis atau segala macam godaan, firmanNya bekerja dan Dia akan memberi kemenangan atas kita.

Sunday, September 5, 2010

LUPAKAN YANG LALU, JANGAN LUPAKAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 September 2010 -

Baca: Filipi 3:1-16

"...tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,"   Filipi 3:13

Di dalam kehidupan ini pasti ada hal yang selalu kita ingat-ingat: pengalaman manis juga pahit.  Tetapi ada satu hal yang harus selalu kita ingat dan tidak boleh kita lupakan, yaitu Tuhan!

     Seringkali manusia begitu gampang melupakan Tuhan, apalagi saat keadaan mereka baik dan menyenangkan, seperti yang dikatakan:  "...umatKu melupakan Aku, sejak waktu yang tidak terbilang lamanya."  (Yeremia 2:32b).  Namun sesungguhnya yang harus kita lupakan adalah pengalaman pahit, kegagalan dan juga kesalahan-kesalahan di masa lalu.  Kita bisa belajar dari Rasul Paulus yang memiliki masa lalu yang hendak ia lupakan.  Sebelum 'ditangkap' oleh Tuhan Yesus, Paulus yang sebelumnya bernama Saulus adalah penganiaya jemaat; ia sangat antipati terhadap orang-orang Kristen.  Namun sejak bertemu Yesus hidup Paulus diubahkan.  Alkitab menyatakan;  "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:  yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).  Itulah sebabnya Paulus bertekad untuk melupakan masa lalunya yang kelam.

     Sebagai orang percaya kita pun harus melakukan hal yang sama:  mengunci pintu masa lalu dan tidak mengingatnya lagi.  Adalah percuma mempersalahkan diri dan terus-menerus menyesali semua keadaan yang sudah terjadi.  Yang perlu kita lakukan adalah belajar dari keadaan itu dan bertekad untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.

     Mari gunakan seluruh kekuatan kita menuju keberhasilan bersama Tuhan.  Mungkin kita gagal di masa lalu, lupakan itu.  Pikirkanlah langkah di depan kita.  Jika kita senantiasa mengarahkan tujuan kepada Kristus, kita akan mengalami kemuliaan bersama Dia.  Paulus telah melakukan banyak hal bagi Tuhan, tetapi dia tak menganggap dirinya telah mencapai semuanya.  Saat di penjara pun dia tetap ingin lebih mengenal Tuhan dan mengerjakan segala yang Tuhan ingin ia lakukan.  Ia tak pernah menghiraukan situasi dalam hidupnya, sekalipun penderitaan dan aniaya karena nama Tuhan harus dialaminya.  Mungkin kita berkata,  "Aku bukan Paulus.  Aku tidak bisa seperti dia."  Kita tidak perlu menjadi seperti Paulus!

Tuhan ingin kita lakukan apa yang dapat kita lakukan bagi kemuliaanNya, jangan terpaku masa lalu!

Saturday, September 4, 2010

TUHAN MENJAMIN HIDUP ORANG BENAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 September 2010 -

Baca: Habakuk 3:1-19

"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, ...namun aku akan bersorak sorak di dalam Tuhan,"   Habakuk 3:17-18a

Arti nama Habakuk adalah pelukan.  Habakuk adalah nabi yang cepat mengambil kesimpulan.  Ia menganggap Tuhan tidak adil karena membiarkan bangsa Asyur menghukum bangsa Israel. 

     Dalam pasal 1 dan 2 terdapat dialog antara Habakuk dengan Tuhan, Habakuk tidak hanya memprotes kejahatan yang terjadi tapi dia juga sempat menantang Tuhan, bagaimana Dia yang Mahakudus dapat bertoleransi terhadap kejahatan.  Mengapa Tuhan memakai bangsa Asyur untuk menghukum Israel (umatNya sendiri) yang enggan bertobat dari dosa-dosa mereka, padahal moral bangsa Asyur jauh lebih buruk daripada umat Israel.  Namun di pasal 2:1-5 Tuhan menegaskan bahwa Dia akan menghukum semua bangsa secara adil, termasuk bangsa Israel, apabila mereka tidak segera bertobat;  sebaliknya Tuhan akan memberikan jaminan pemeliharaan kepada orang benar.  Jadi orang percaya tidak akan dihukum oleh Tuhan.  Tetapi dalam pasal 3 Habakuk berdoa agar Tuhan menggenapi rencanaNya di tengah-tengah bangsa yang tertindas.  Tuhan kemudian memberinya suatu penglihatan:  "Allah datang dari negeri Teman dan Yang Mahakudus dari pegunungan Paron.  KeagunganNya menutupi segenap langit, dan bumipun penuh dengan pujian kepadaNya.  Ada kilauan seperti cahaya, sinar cahaya dari sisiNya dan di situlah terselubung kekuatanNya."  (Habakuk 3:3-4).  Penglihatan-penglihatan yang dilihatnya itu menimbulkan perasaan gentar bercampur keyakinan dalam hati Habakuk.  Ia berkata, "Ketika aku mendengarnya, gemetarlah hatiku, mendengar bunyinya, mengigillah bibirku; tulang-tulangku seakan-akan kemasukan sengal, dan aku gemetar di tempat aku berdiri; namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan yang akan mendatangi bangsa yang bergerombolan menyerang kami,"  (Habakuk 3:16).  Akhirnya timbul iman yang luar biasa dari Habakuk.  Iman yang bukan sekedar percaya, tapi mengandung unsur kesetiaan dan ketaatan yang teguh.

     Jadi, iman bukan sekedar doktrin yang dipercayai, tapi adalah cara hidup seutuhnya.  Iman adalah ketergantungan sepenuhnya kepada Tuhan setiap saat.

Meski keadaan tampak buruk, Habakuk tetap punya keyakinan kuat bahwa Tuhan akan membela dan menjamin hidup orang percaya!

Friday, September 3, 2010

DALAM PERLINDUNGAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 September 2010 -

Baca: Mazmur 91:1-16

"Sungguh, hatinya melekat kepadaKu, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal namaKu."   Mazmur 91:14

Sering orang Kristen mempertanyakan janji-janji firman Tuhan dalam kehidupan ini.  Mereka mengeluh mengapa janji Tuhan belum juga dapat dinikmati.

     Sesungguhnya, kepada siapakah janji-janji Tuhan itu ditujukan?  Yaitu kepada "Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan yang Mahakuasa akan berkata kepada Tuhan:  'Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai.' "  (Mazmur 91:1-2).  Tempat perlindungan itu ialah Tuhan Yesus dan firmanNya; maksudnya kita harus tinggal dalam Kristus dan di dalam firmanNya (baca Yohanes 15:7).  Bila kita tak mau tinggal di dalam firmanNya kita akan menjumpai banyak kesulitan.  Banyak orang Kristen mencoba-coba hidup di luar firmanNya dan berpikir suatu saat kelak masih ada kesempatan kembali bertobat.  Tetapi, seringkali masalah sudah datang terlebih dahulu sebelum kita sempat kembali dan tinggal dalam 'tempat perlindungan' tadi; maka bertanya-tanyalah kita mengapa itu terjadi, mengapa Tuhan ijinkan, bukankah Tuhan berjanji akan melindungi di bawah kapakNya dan kesetiaanNya seperti perisai dan pagar tembok.

     Marilah memeriksa diri apakah kita sudah 'tinggal' di dalam Dia dan firmanNya di 'dalam' kita.  Bila kita tidak tinggal dalam 'daerah perlindunganNya' (firmanNya), ketika masalah terjadi secara bertubi-tubi menyerang kehidupan kita bukankah Tuhan yang ingkar janji, karena apabila kita berjalan di jalur Tuhan dan melakukan kehendakNya, persoalan boleh saja datang, tetapi Tuhan pasti turut campur tangan dan membela kita.  Dia berkata, "Bila ia berseru kepadaKu, Aku akan menjawat, Aku akan menyertai dia dalm kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya."  (Mazmur 91:15).  Jika kita tinggal di luar perlindunganNya dan firmanNya itulah kesukaan Iblis dan sasaran empuknya.  Iblis akan berusaha menganggu kita dengan berbagai masalah, sebab Iblis tahu bahwa kita akan kalah.  Orang yang berada di luar 'benteng perlindungan' mudah terkena serangan musuh, sebab "...si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."  (1 Petrus 5:8).

Untuk beroleh pemeliharaan dan perlindunganNya kita harus karib dengan Tuhan dan hidup dalam ketaatan!

Thursday, September 2, 2010

PENCOBAAN AYUB (2): Penyakit

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 September 2010 -

Baca: Ayub 1:13-22

"Kemudian Iblis pergi dari hadapan Tuhan, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya"  Ayub 2:7

Akibat dari serangan Iblis semacam ini banyak orang Kristen menjadi kecewa dan akhirnya meninggalkan Tuhan.  Berbeda dengan Ayub;  ia tidak menyalahkan Tuhan atas hal berat yang menimpa hidupnya.  Ayub beranggapan bahwa Tuhan pasti mempunyai alasan ketika sesuatu yang buruk (menurut ukuran manusia) terjadi di dalam hidupnya.  Ayub menyadari bahwa di dalam mengikut Tuhan perjalanan hidupnya tidaklah selalu mulus dan tanpa masalah.  Jangan hanya mau menerima yang baik saja dari Tuhan. Kita pun harus berani melepaskan sesuatu dan mau menerima hal yang buruk terjadi dalam hidup kita.  Kadangkala Tuhan mengijinkan Iblis mengambil apa yand sudah diberikanNya di dalam hidup umatNya bukan tanpa maksud.  Karena itulah Ayub bisa mengucap syukur untuk semua kehilangan yang dialaminya, katanya, "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya.  Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan."  (Ayub 1:21).

     Selain mengambil berkat materi, Iblis juga menimpakan penyakit kepada Ayub.  Iblis berhasil membuat Ayub mengalami sakit yang sangat parah, sampai-sampai "...Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk ditengah-tengah abu."  (Ayub 2:8).  Iblis berharap dengan penyakit parah yang dialaminya Ayub akan menyangkal Tuhan.  Namun Ayub tetap berpikiran positif tentang Tuhan walaupun Tuhan mengijinkan Iblis menyerang tubuhnya dengan sakit-penyakit.  Ayub tetap menganggap Tuhan itu baik atas semua peristiwa di dalam hidupnya dan mempunyai rencana yang indah untuk hidupnya.  Namun isteri Ayub memiliki respons yang berbeda, ia begitu kecewa dan meminta agar Ayub mau mengutuki Tuhan.

     Kebanyakan orang Kristen hanya mau menerima hal yang baik (menurut kita) dari Tuhan, padahal Tuhan terkadang mengijinkan sesuatu yang buruk (menurut kita) terjadi, tapi semuanya itu demi kebaikan kita juga.  Tuhan hendak mendewasakan iman kita.  Jadi, berhentilah bersungut-sungut dan mengeluh karena "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,..."  (Pengkotbah 3:11).

"Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut."  Ayub 1:22

Wednesday, September 1, 2010

PENCOBAAN AYUB (1): Ludesnya Harta Benda

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 September 2010 -

Baca: Ayub 1:13-22

"Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut."  Ayub 1:22

Iblis sangat tidak suka melihat orang percaya memiliki hubungan karib dengan Tuhan.  Itulah sebabnya Iblis berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan kita dari Tuhan, apa pun caranya.  Salah satunya berusaha menanamkan keraguan dalam hati orang percaya mengenai kebaikan dan penyertaan Tuhan. Iblis tahu benar apa yang menjadi kelemahan manusia, karena seringkali manusia mengukur besarnya kebaikan Tuhan dari kemampuanNya memberikan berkat berupaya materi.  Banyak yang berpikir bahwa semakin kaya semakin terbukti bahwa ia diberkati oleh Tuhan.  Inilah celah yang secara jitu dimanfaatkan Iblis untuk meruntuhkan iman orang percaya, yaitu berusaha menghilangkan atau merampas harta yang dimiliki mereka.  Alkitab menyatakan:  "Pencuri (Iblis) datang hanya untuk mencuri dan membinasakan;"  (Yohanes 10:10a).

     Inilah yang dilakukan Iblis terhadap Ayub: menghancurkan segala yang dimiliki Ayub, karena Iblis tahu benar bahwa Ayub memiliki kehidupan yang saleh:   "Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."  (Ayub 1:8b).  Iblis mengira bahwa Ayub memiliki hidup yang saleh karena Tuhan telah memberikan berkat yang melimpah kepadanya.  Iblis berkata kepada Tuhan, "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?  Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya?  Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu."  (Ayub 1:9-10).

     Bukankah banyak orang Kristen yang dalam pengiringannya kepada Tuhan hanya bertujuan ingin mendapatkan berkat materi?  Mereka menganggap berkat materi sebagai ukuran kebaikan Tuhan dan hal ini sangat disukai oleh Iblis.  Itulah sebabnya Iblis akan menggunakan jurus yang pernah ia terapkan kepada Ayub untuk menyerang orang Kristen.  Iblis menghancurkan Ayub dengan cara mengambil semua yang menjadi kekayaan dan kebanggaannya.  Iblis mengambil semua milik Ayub (baca Ayub 1:13-19).  Iblis, dengan caranya yang licik, juga berupaya mengambil segala sesuatu yang dimiliki umatNya saat ini.  Dan cara ini terbukti sangat efektif menjauhkan orang Kristen dari Tuhan.  (Bersambung)