Monday, December 13, 2010

SEGALA SESUATU ADA WAKTUNYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Desember 2010 -

Baca: Yesaya 28:23-29
 
"Setiap harikah orang membajak, mencangkul dan menyisir tanahnya untuk menabur?"  Yesaya 28:24

Di dalam Pengkotbah 3:1-2 tertulis:  "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.  Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;"  Di sini dapat disimpulkan bahwa untuk segala sesuatu ada masanya atau waktunya.  Ada waktu untuk membajak, mencangkul dan juga menabur.  Jadi tidak seluruh waktu harus digunakan untuk membajak, atau tidak seluruh waktu kita gunakan untuk menabur saja, sebab nantinya juga ada waktu untuk menuai.

     Daud berkata,  "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan;  sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap."  (Mazmur 90:10).  Artinya kita hidup di dunia ini ada batas waktunya.  Karena itu kita harus menggunakan kesempatan yang ada sebaik mungkin untuk melakukan penaburan, sebab akan tiba waktunya kita akan mati;  sewaktu-waktu kita pun dapat mati, karena hidup kita ini seperti uap saja, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap.

     Tuhan berfirman,  "Jikalau kamu hidup menurut ketetapanKu dan tetap berpegang pada perintahKu serta melakukannya, maka Aku akan memberi kamu hujan pada masanya, sehingga tanah itu memberi hasilnya dan  pohon-pohonan di ladangmu akan memberi buahnya.  Lamanya musim mengirik bagimu akan sampai kepada musim memetik buah anggur dan lamanya musim memetik buah anggur akan sampai kepada musim menabur."  (Imamat 26:3-5a).  Berkat disediakan bagi umat yang hidup menurut ketetapan Tuhan dan perjanjianNya.  Ini berbicara tentang berkat penuaian, dan berkat ini diberikan dengan maksud supaya kita giat menabur.  Menabur dalam hal apa?  Yaitu menabur dalam hukum Kristus.  Kita tidak dapat melakukannya dengan hawa nafsu daging, tetapi harus di dalam Roh.  Jadi, biji-biji buah Rohlah yang kita taburkan.  Hal itu hanya dapat terwujud bila kita mau mematikan perbuatan-perbuatan daging, "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh..."  (Galatia 5:17).  Ketika menabur dalam Roh, kita harus rela mematikan perbuatan daging karena tidak semua yang kita tabur akan mempunyai nilai kekal.

Hanya bila kita menabur dalam Roh, penaburan kita akan memiliki nilai yang kekal.

1 comment: